Page 39 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 SEPTEMBER 2020
P. 39

"Agar  menunda  pembahasan  rancangan  undang-undang  yang  berpotensi  menimbulkan
              kegaduhan termasuk RUU Omnibus Law atau Cipta Kerja," kata Abdul dalam konferensi pers
              secara daring, Senin (21/9).

              Mu'ti  meminta  DPR  fokus  bekerja  pada  pelaksanaan  fungsi  pengawasan  penggunaan  dana
              penanganan  pandemi  Covid-19  ketimbang  membuat  sesuatu  yang  berpotensi  menimbulkan
              kegaduhan.  Menurutnya,  pengawasan  anggaran Covid-19 lebih  berarti agar  masyarakat  bisa
              merasakan langsung manfaat kebijakan tersebut. "Agar dipergunakan dengan baik, benar, dan
              dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat, khususnya rakyat kecil yang paling terdampak
              oleh pandemi Covid-19," ujarnya.

              Mu'ti berharap anggota DPR dan elit politik Indonesia bisa menunjukkan tanggung jawab dan
              memiliki  moral  politik  dalam  menangani  Covid-19.  Menurutnya,  persoalan  Covid-19  saat  ini
              adalah masalah bersama bangsa serta membutuhkan penyelesaian yang bersifat mendesak dan
              darurat.  "Agar  tidak  memanfaatkan  pandemi  Covid-19  sebagai  komoditas  politik  kekuasaan
              pribadi  atau  kelompok.  Dalam  situasi  pandemi  Covid-19  yang  semakin  memprihatinkan
              seyogyanya para elit menunjukkan sikap kenegarawanan," katanya.
              Lebih lanjut, Mu'ti meminta para menteri tak membuat kebijakan kontroversial yang tak berpihak
              kepada  rakyat.  Ia  juga  meminta  agar  pejabat  tinggi  negara  tak  menyampaikan  pernyataan-
              pernyataan  yang  justru  meresahkan  kala  pandemi  Covid-19.  "Termasuk  yang  cenderung
              merendahkan kualitas dan keberadaan tenaga kesehatan Indonesia yang telah berjuang keras
              dengan pertaruhan jiwa-raga dalam menangani Covid-19," ujarnya.

              Saat ini, RUU Ciptaker tengah dibahas DPR bersama pemerintah. Namun, pembahasan tersebut
              menuai pelbagai penolakan dari kelompok buruh hingga organisasi masyarakat karena dinilai
              merugikan  rakyat.  Menteri  Koordinator  Bidang  Perekonomian  Airlangga  Hartarto  mengklaim
              pembahasan RUU Ciptaker sudah mencapai 90 persen. Ia juga mengklaim pembahasan RUU
              Ciptaker akan selesai dalam masa sidang paripurna tahun ini. Di sisi lain, Komisioner Komnas
              HAM  Sandrayati  Moniaga  menilai  RUU  Ciptaker  diskriminatif.  Ia  mengatakan  pemerintah  tak
              pernah  membuka  akses  publik  terhadap  RUU  dan  tak  menyediakan  sarana  langsung  bagi
              masyarakat untuk memberikan masukan.

              (rzr/fra).

































                                                           38
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44