Page 301 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 AGUSTUS 2020
P. 301

Fitra  mencontohkan  salah  satu  negara  yang  berhasil  dengan  mereformasi  kebijakan
              ketenagakerjaannya seperti di Jerman melalui Harz Reform pada tahun 2000. Kata dia, Jerman
              berhasil menurunkan tingkat penganggurannya melalui aturan tersebut.

              Fitra menuturkan, melihat adanya RUU Ciptaker di Indonesia, sama halnya dengan melihat Harz
              Reform di Jerman.

              "Belajar dari situ, kita juga butuh melihat omnibus itu atau ciptaker itu seperti itu juga, tentang
              reformasi ketenagakerjaan, kalau kita bicara soal reformasi ketenagakerjaan berarti sebenarnya
              itu  juga  lintas  sektor,  berarti  kita  bicara  namanya  pendidikan,  profesional  school,  itu  juga
              dibenerin, termasuk sistem unemployment juga diberdayakan," ucapnya.

              "Yang jelas ini  win win situation  , untuk tidak hanya para pengusaha tapi juga para pekerja,"
              lanjutnya.

              Lebih jauh, Fitra mengatakan bahwa dampak dari kebijakan RUU Ciptaker ini memang butuh
              waktu. kata dia, sama halnya seperti Harz Reform, dampaknya akan terasa sekitar 4-5 tahun
              mendatang.

              Selain itu, RUU Ciptaker Kerja juga menjadi momentum dalam memanfaatkan bonus demografi
              di Indonesia yang akan berakhir hingga tahun 2030 mendatang.

              "Kita kan dihadiahi adanya bonus demografi nih, dan akan habis secara teknis itu tahun 2030,
              dan sebelum habis maka harus di genjot momentumnya, kalau kita kalah momentumnya, jadi
              kita akan tua sebelum kaya," ucapnya.

              Menurut Fitra banyaknya penolakan dari berbagai kalangan terkait adanya RUU Ciptaker ini lebih
              dikarenakan dibuatnya aturan ini tidak banyak melibatkan banyak orang.

              Padahal,  kata  dia,  aturan  ini  membahas  banyak  kebijakan  di  lintas  sektor.  Hal  itu  yang
              membedakan antara RUU Ciptaker dan Harz Reform di Jerman.

              "Jadi kita lihat sekarang kenapa ciptaker ini banyak penolakan itu lebih karena banyak yang tidak
              terlibat, seperti top down, dan para pekerja dan akademisi juga sangat sedikit yang dilibatkan,
              nah  ini  yang  menyebabkan  banyaknya  penolakan-penolakan  terhadap  RUU  Cipta  kerja  dan
              omnibus law pada umumnya," katanya.

              "Padahal kita sebenarnya membutuhkan itu, jadi saya lebih melihat tidak menolak dan tidak
              menerima, kita memperbaiki apa yang ada sekarang,  Karena, menurut dia, Indonesia butuh
              RUU Cipta kerja. Hal ini demi meningkatkan produktivitas.

              "Artinya kita bisa meningkatkan produktivitas ekonomi, itu pada akhirnya kita bisa menangkap
              momentum untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah," ujarnya..




















                                                           300
   296   297   298   299   300   301   302   303   304   305   306