Page 12 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 OKTOBER 2020
P. 12

Berdasarkan KHL

              Sebagai  regulator  yang  memposisikan  diri  di  tengah,  tentu  tidak  mudah  bagi  pemerintah
              mengambil keputusan soal ini. " Kami harus mendengar semua aspirasi, baik pengusaha maupun
              buruh," ujar Haiyani Rumondang, Plt Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial
              Tenaga Kerja (PHI JSK) Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker).

              Bisa dimaklumi. Sebab, baik pekerja maupun pengusaha kini tengah dihadapkan pada kondisi
              sulit. Dari sudut pekerja, kondisi pandemi Covid-19 berdampak pada turunnya penghasilan yang
              diterima, sehingga mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

              Namun,  pandemi  juga  berdampak  bagi  pengusaha  yang  mengalami  kesulitan  bisnis  karena
              permintaan menurun, sehingga berdampak pada kelangsungan usahanya Repotnya lagi, kendati
              tetap mengacu PP 78, pembahasan UMP 2021 berbeda dengan formula penetapan upah yang
              biasa dilakukan dalam lima tahun terakhir. Sebab, PP 78 mengamanatkan pemerintah untuk
              mengevaluasi dan menyesuaikan kebutuhan hidup layak (KHL) sebagai basis penetapan UMP
              2021.

              Artinya, penetapan UMP tahun 2021 dilakukan berdasarkan perhitungan KHL dengan mengacu
              rekomendasi Dewan Pengupahan. Dengan begitu, formulasi perhitungan UMP seperti yang biasa
              dilakukan dalam 5 tahun terakhir, yakni berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi
              nasional, tidak berlaku lagi.

              Dengan berubahnya formula penetapan upah ini, adakah peluang upah buruh naik?

              Bila mengacu rumus lama yang berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi, jelas upah 2021
              tidak akan naik karena pertumbuhan ekonomi terkontraksi. "Yang ada upah malah turun," ujar
              Adi.

              Sementara, bila mengacu KHL, peluang mengalami kenaikan upah mestinya terbuka. Soalnya,
              Kemnaker sudah memutuskan menambah komponen KHL dari sebelumnya 60 kini menjadi 64
              item sebagai basis penetapan UMP 2021.

              Penambahan KHL ini diatur dalam Permenaker No. 18/2020 tentang KHL yang belum lama ini
              terbit.  Beleid  baru  ini  perubahan  atas  aturan  sebelumnya,  yakni  Permenaker  No.  21/2016.
              Tambahan KHL dalam beleid terbaru merujuk kajian Depenas yang sudah dilakukan sejak bulan
              Oktober 2019.

              Selain mengacu data Bapenas, penetapan KHL baru juga mengacu data Badan Pusat Statistik
              (BPS) terkait informasi harga dari berbagai survei yang dilakukan BPS. "KHL baru ini di antaranya
              ada  penambahan  televisi  dan  pulsa,"  kata  Direktur  Pengupahan  Kemnaker,  Dinar  Titus
              Jogaswitani.

              Permenaker  itu  kini  sudah  mulai  disosialisasikan  ke  dewan  pengupahan  provinsi  maupun
              kabupaten/kota untuk dijadikan acuan penetapan UMP.

              Namun,  buruh  jangan  senang  dulu.  Kendati  ada  penambahan  jenis  KHL,  Depenas  justru
              berpendapat,  penetapan  UMP  2021  tidak  akan  naik  bila  mengacu  KHL  yang  baru.  Bahkan,
              beberapa daerah, seperti DKI Jakarta dan Karawang, justru mengalami penurunan UMP

              Kok bisa? Rupanya, kendati ada tambahan 4 jenis KHL baru, 60 KHL yang lama mengalami
              penurunan kualitas atau nilai. "Sehingga, kalau ditotal jumlahnya sama dengan UMP tahun ini,"
              kata Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI), Timboel Siregar.

              Maka itu, ia melihat, penetapan 64 komponen KHL yang baru dirilis pemerintah itu hanya akal-
              akalan agar UMP 2021 tidak naik. Sama halnya KSPI, ia pun meminta tetap ada kenaikan upah

                                                           11
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17