Page 10 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 OKTOBER 2020
P. 10

Ringkasan

              Polemik  pembahasan  UMP  2021  ini  berawal  dari  dialog  Dewan  Pengupahan  se-Indone-sia
              tentang hasil peninjauan komponen dan jenis KHL tahun 2020 yang digelar selama dua hari, 15-
              17 Oktober lalu. Dialog ini turut dihadiri pewakilan dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)
              maupun serikat pekerja/buruh.

              Dialog  tersebut  dihelat  sehubungan  dengan  segera  dite-tapkanya  UMP  2021  pada  awal
              November mendatang. Ada beberapa poin penting yang disepakati dalam forum tersebut. Salah
              satunya mekanisme penetapan upah 2021 masih mengacu formula yang diatur dalam Peraturan
              Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

              Sebagai  regulator  yang  mem-posisikan  diri  di  tengah,  tentu  tidak  mudah  bagi  pemerintah
              mengambil keputusan soal ini. " Kami harus mendengar semua aspirasi, baik pengusaha maupun
              buruh," ujar Haiyani Rumondang, Plt Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial
              Tenaga Kerja (PHI JSK) Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker).


              BURUH INGIN UPAH NAIK PENGUSAHA MENAMPIK

              Polemik pembahasan upah minimum tahun 2021 mulai memanas. Wacana tidak ada kenaikan
              upah memancing reaksi buruh.

              Tak  ada  senyum  di  bibir  Sulaiman.  Karyawan  out-sourcing  di  sebuah  perusahaan  swasta  di
              daerah  Jakarta  Pusat  ini  kecewa  berat  terhadap  kebijakan  Dewan  Pengupahan  Nasional
              (Depenas) yang mengusulkan tidak ada kenaikan upah minimum provinsi (UMP) 2021.

              Terbayang  di  benaknya,  tahun  depan  tak  ada  kenaikan  gaji.  Sementara  biaya  hidup  terus
              meningkat. Tapi, ia memang tak mau berharap terlalu muluk terkait kenaikan upah tahun depan.

              Soalnya,  upah  yang  dia  dapat  sekarang  saja  dipangkas  oleh  perusahaan  tempatnya  bekerja
              dengan  dalih  perusahaan  sedang  sulit  lantaran  terdampak  pandemi  Covid-19.  "Upah  saya
              dipotong 15%," ujarnya.

              Lebih  dari  lima  tahun  bekerja  sebagai  karyawan  alih  daya,  Sulaiman  mengaku  hanya
              mendapatkan gaji sebesar UMP DKI Jakarta, yakni Rp 4,2 juta per bulan. Namun, sejak terkena
              pemotongan upah sekitar dua bulan lalu, kini ia hanya menerima sekitar Rp 3,5 juta.

              Upah sebesar itu jelas tidak cukup buat, memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Terlebih di
              masa pandemi ini, banyak pos pengeluaran yang justru meningkat. Antara lain biaya beli pulsa
              buat sekolah anaknya yang menjalani pembelajaran jarak jauh selama pandemi.

              Untungnya,  istrinya  membuka  usaha  warung  kecil-kecilan  yang  bisa  membantu  menopang
              kebutuhan  hidup  keluarganya.  Ia  sendiri  tetap  berharap  ada  kenaikan  UMP  tahun  depan,
              sekalipun kecil.
              Kalaupun tidak, ia berharap gajinya bisa dibayarkan normal kembali. "Harapan idealnya, gaji
              kami kembali dibayar penuh dan upah tahun depan bisa naik walau sedikit," ucapnya.

              Keluhan Sulaiman ini bisa jadi mewakili suara kamu buruh seluruh Indonesia. Makanya, begitu
              keluar usulan Depenas yang menginginkan tidak ada kenaikan UMP 2021, sontak buruh langsung
              ramai-ramai menyampaikan penolakan.

              Mereka  kompak  menolak  usulan  Depenas  dan  mengancam  akan  menggelar  aksi  unjuk  rasa
              besar-besaran bila usulan tersebut diterima pemerintah. Buruh juga mengancam akan bereaksi
              lebih keras bila pemerintah dan pengusaha ngotot tidak menaikkan upah.
                                                            9
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15