Page 11 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 OKTOBER 2020
P. 11

"Kami minta ada kenaikan sebesar 8% tapi dengan negosiasi," kata Presiden Konfederasi Serikat
              Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal.
              Dialog pengupahan

              Polemik pembahasan UMP 2021 ini berawal dari dialog Dewan Pengupahan se-Indonesia tentang
              hasil  peninjauan  komponen  dan  jenis  KHL  tahun  2020  yang  digelar  selama  dua  hari,  15-17
              Oktober  lalu.  Dialog  ini  turut  dihadiri  pewakilan  dari  Asosiasi  Pengusaha  Indonesia  (Apindo)
              maupun serikat pekerja/buruh.

              Dialog tersebut dihelat sehubungan dengan segera ditetapkanya UMP 2021 pada awal November
              mendatang. Ada beberapa poin penting yang disepakati dalam forum tersebut. Salah satunya
              mekanisme  penetapan  upah  2021  masih  mengacu  formula  yang  diatur  dalam  Peraturan
              Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

              "Karena  belum  ada  formula  yang  mengatur  penetapan  upah  di  Undang-Undang  (UU)  Cipta
              Kerja," ujar ujar Adi Mahludz, Wakil Ketua Depenas.

              Selanjutnya,  disepakati  pula  bahwa  penetapan  UMP,  upah  minimum  kabupaten/kota  (UMK),
              upah  minimum  sektoral  provinsi  (UMSP),  dan  upah  minimum  sektoral  kota  (UM-SK)  2021
              diserahkan kepada dewan pengupahan di masing-masing daerah.

              Sampai di situ tidak ada masalah. Reaksi keras perwakilan buruh muncul saat di forum dialog
              tersebut  Depenas  mengusulkan  bagi  pengusaha  yang  terdampak  pandemi  Covid-19  bisa
              memberikan upah tahun depan sama dengan upah tahun ini alias tidak ada kenaikan. Namun,
              bagi pengusaha yang tidak terdampak Covid-19, soal upah diserahkan kepada foinin  bipartit
              yang terdiri dari wakil perusahaan dan buruh.

              Kalangan buruh menolak keras perundingan bipartit lantaran bisa menjelma jadi pedang bermata
              dua  bagi  buruh.  Sebab,  lewat  forum  itu  perusahaan  yang  tidak  terdampak  pandemi  bisa
              menaikkan besaran UMP, tapi juga bisa tidak menaikkan atau malah menurunkan UMP. "Semua
              dengan dalih pandemi," ujar Iqbal.

              Menurutnya, penetapan upah minimum tetap ditentukan oleh negara, tidak bisa bipartit. Bila
              konteksnya adalah penundaan menaikkan upah, boleh dilakukan bipartit. "Itu pun perusahaan
              harus menunjukkan laporan keuangannya kalau dia benar-benar merugi, biar fair," tegasnya.

              Namun,  bagi  Depenas,  forum  bipartit  merupakan  jalan  tengah  di  tengah  kondisi  sulit  yang
              sekarang  dihadapi  para  pengusaha.  Hal  itu  dimungkinkan  karena  PP  78  mengatur  tentang
              penetapan upah dalam kondisi tertentu bisa dilakukan berdasarkan kesepakatan.

              Nah, meruyaknya pandemi Covid-19 bisa dikategorikan sebagai kondisi tertentu yang dimaksud
              dalam beleid tersebut. Selain itu, Pasal 23 PP 78 juga mengatur bahwa pemberian upah dalam
              kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kemampuan perusahaan.

              "Saat ini memang paling tepat untuk menyerahkan mekanisme kenaikan upah minimum dengan
              mempertimbangkan kondisi masing-masing perusahaan lewat forum bipartit," ujar Adi.

              Jalan tengah ini diambil agar tidak mempersulit kondisi perusahaan yang ujung-ujungnya justru
              banyak melakukan PIIK atas dasar efisiensi. Depenas sendiri tidak mempermasalahkan tuntutan
              buruh agar pemerintah menetapkan upah acuan sebagai payung hukum.

              Bahkan, Depenas telah meminta Menteri Tenaga Kerja segera menerbitkan surat edaran atau
              peraturan menteri tenaga kerja (permenaker) terkait formula penetapan upah 2021.




                                                           10
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16