Page 213 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 OKTOBER 2020
P. 213

Ringkasan

              Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menemukan adanya pungutan liar berupa
              praktik  pemerasan  yang  dilakukan  perusahaan  penempatan  Pekerja  Migran  Indonesia  (PMI)
              senilai Rp 50 juta.

              Praktik pemerasan ini ditemukan saat kembali melaksanakan Ujian Employment Permit System-
              Test of Proficientcy in Korean Computer Based Test (EPS-TOPIK CBT) Umum sektor Manufaktur
              2020.



              BP2MI TEMUKAN AKSI PEMERASAN TERHADAP CALON PEKERJA MIGRAN,
              NILAINYA CAPAI RP 50 JUTA

              Jakarta - Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menemukan adanya pungutan
              liar berupa praktik pemerasan yang dilakukan perusahaan penempatan Pekerja Migran Indonesia
              (PMI) senilai Rp 50 juta.

              Praktik pemerasan ini ditemukan saat kembali melaksanakan Ujian Employment Permit System-
              Test of Proficientcy in Korean Computer Based Test (EPS-TOPIK CBT) Umum sektor Manufaktur
              2020.

              "Ini pemerasan kepada PMI. Ini sudah lewat dari ketentuan saya akan periksa P3MInya, kalian
              jangan takut. Ini tidak akan membatalkan keberangkatan, kalian punya hak untuk berangkat.
              Perusahaan  akan  saya  tegur  karena  menindas  Pekerja  Migran  Indonesia,"  tegasnya  dalam
              keterangan tertulis, Sabtu (24/10/2020).

              Benny menyampaikan, saat ini ujian CBT Korea gelombang I diikuti 8.640 peserta ujian yang
              dilaksanakan di dua tempat, yakni Semarang sebanyak 5.760 peserta dan di Jakarta sebanyak
              2.880 orang.

              Dia  juga  berpesan  kepada  pekerja  migran  Indonesia,  agar  selama  bekerja  di  Korea  harus
              menjaga nama baik Indonesia, dan bekerja baik. Para Pekerja Migran harus ada kesadaran atas
              kontrak kerja, kerjaan harus sesuai dengan kontraknya.

              "Mudah-mudahan adik-adik dapat bekerja dengan baik sesuai dengan kontrak kerja jaga nama
              baik  keluarga  dan  negara  Indonesia  dan  patuhi  peraturan  hukum  di  negara  penempatan,"
              imbuhnya.

              Menurut  dia,  bekerja  di  luar  negeri  adalah  hak  warga  negara  Indonesia  (WNI).  Kewajiban
              lemerintah  adalah  memfasilitasinya,  idealnya  adalah  jika  di  dalam  negeri  tersedia  lapangan
              pekerjaan cukup mungkin bisa bekerja di negeri sendiri sehingga tidak perlu menjadi pekerja
              migran.

              "Mudahan dengan adanya Omnibus Law (UU Cipta Kerja) yaitu sebuah Undang-undang yang
              menjamin adanya ketersediaan lapangan kerja yang cukup. Percayalah Omnibus Law adalah
              upaya pemerintah untuk menyederhanakan jam kerja dan investasi, yang berpotensi membuka
              lapangan pekerjaan seluas-luasnya," ujar Benny.

              Sebelumnya,  Kementerian  Ketenagakerjaan  memberikan  sanksi  administratif  berupa  skorsing
              kepada dua Perusahaan Penempatan Pekerja Migra n Indonesia (P3MI), yakni PT BM dan PT
              ASR, yang terbukti melakukan berbagai pelanggaran dalam proses penempatan Pekerja Migran
              Indonesia (PMI).

              "Sanksi skorsing diberikan sebagai salah satu upaya Kemnaker untuk meningkatkan pelindungan
              pekerja  migran  dan  melakukan  pengawasan  yang  lebih  baik  terhadap  P3MI,"  kata  Dirjen
                                                           212
   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218