Page 360 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 OKTOBER 2020
P. 360

22 JUTA PESERTA JAMSOSTEK NONAKTIF

              Keanggotaan  Badan  Penyelenggara  Jaminan  Sosial  Ketenagakerjaan  (BP  Jamsostek)  sudah
              mencapai 50-51 juta, namun yang aktif hanya sekitar 57%. Dengan demikian terdapat 42-43%
              atau sekitar 22 juta peserta BP Jamsostek nonaktif.

              "Ini paut disayangkan, ada 42-43% peserta yang tidak aktif. Ada keterbatasan jangkauan BP
              Jamsostek dan keterbatasan pada sisi masukan pendanaan. Ini menjadi catatan penting," kata
              Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Paulus Agung Pambudhi pada acara Zooming
              with Primus (ZwP) bertitel Peran BP Jamsostek Saat Pandemi yang ditayangkan secara live di
              Beritasatu TV Jakarta, Kamis (22/10).

              Diskusi virtual yang dipandu Direktur Pemberitaan Berita Satu Media Holdings (BSMH), Primus
              Dorimulu itu juga mengetengahkan pembicara lainnya, yaitu Direktur Perencanaan Strategis dan
              Teknologi Informasi (TI) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BP Jamsostek),
              Sumarjono dan Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel Siregar.
              Berdasarkan data BP Jamsostek, per September 2020 terdapat 50,4 juta peserta. Jumlah itu
              relatif menurun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebanyak 53,1 juta peserta. Dari
              jumlah itu, hanya sekitar 57% yang merupakan peserta aktif. Penurunan tersebut merupakan
              implikasi gelombang pemberhentian hubungan kerja (PHK) akibat pandemi Covid-19.
              Menurut  Paulus  Agung  Pambudhi,  jumlah  kepesertaan  saat  ini  masih  jauh  dari  target  yang
              seharusnya bisa dilayani BP Jamsostek. Sebab, terdapat segmen pelayanan yang belum disisir
              BP Jamsostek secara mendalam, yaitu segmen peserta informal dan usaha mikro.

              Padahal, segmen itulah yang sejatinya paling membutuhkan program-program jaminan sosial
              ketenagakerjaan, seperti Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan
              Pensiun (JP), hingga bantuan dari pemerintah, seperti Bantuan Subsidi Upah (BSU).

              "Para  pekerja  di  perusahaan  besar  biasanya  sudah  memiliki  layanan  tersebut.  Segmen  itu
              pasarnya  masih  besar  dan  yang  banyak  itu  yang  benar-benar  membutuhkan.  Setidaknya
              terdapat lebih dari 70 juta pekerja informal," tutur Agung.

              Klaim  JHT  Agung  mengapresiasi  pendekatan  digital  yang  dilakukan  BP  Jamsostek  dalam
              pelayanannya. Namun, ia menyayangkan peningkatan klaim JHT akibat gelombang PHK. Kendati
              klaim diperbolehkan diambil sebagian, program JHT sesungguhnya diperuntukkan pada masa
              mendatang.

              "JHT esensinya untuk melindungi saat pensiun atau retirement. Idealnya tidak digunakan jika
              tidak dibutuhkan, walaupun diperbolehkan diklaim sebagian. Dalam kondisi saat ini, itu memang
              salah satu solusi, meskipun bukan sesuatu yang ideal. Kalau saat ini kita menghadapi kesulitan
              maka demi memenuhi kebutuhan itu baik, tapi tidak juga disarankan untuk berbondong-bondong
              mengambil klaim," papar dia.
              Agung  menambahkan,  gelombang  PHK  bisa  terus  berlanjut.  Laporan  terakhir  pemerintah
              menyatakan telah terjadi PHK terhadap 3,5 juta pekerja di seluruh Indonesia. Namun, data itu
              diperoleh dari para pekerja yang terdeteksi nama dan alamatnya.

              "Dalam  hal  ini,  para  pengusaha  memperkirakan  lebih  dari  6  juta  pekerja  telah  di-PHK  atau
              dirumahkan. Alhasil, peningkatan klaim yang sedang terjadi di BP Jamsostek baru permulaan,
              masih terdapat potensi untuk terus berlanjut," ujar dia.

              Subsidi Upah Bisa Disalurkan Lewat Kantor Pos Terkendala Rekening, 3,3 Juta Pekerja Batal
              Terima Subsidi Upah Editor : Abdul Aziz (abdul_aziz@investor.co.id).


                                                           359
   355   356   357   358   359   360   361