Page 257 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 AGUSTUS 2021
P. 257
Salah satu tantangan bidang penempatan saat ini adalah angka pengangguran terdidik yang
terbilang tinggi. Bahkan dari sisi tingkat pendidikan, pengangguran dengan pendidikan tinggi
terus bertambah.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka pihaknya menyiapkan strategi penempatan tenaga
kerja agar sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja,
Suhartono, menambahkan tantangan bidang penempatan tenaga kerja semakin kompleks
karena adanya pandemi COVID-19. Untuk itu, pada tahun 2021, pihaknya akan menitikberatkan
pada tiga kegiatan.
Pertama, dukungan pemulihan ekonomi nasional. Kedua, dukungan program 9 Lompatan Kerja
Menteri Ketenagakerjaan. Ketiga, dukungan periode keketuaan Menteri Ketenagakerjaan di level
ASEAN.
hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sebelumnya, Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, ketenagakerjaan dan kesempatan
berusaha bagi masyarakat kecil utamanya yang terkait akses permodalan masih menjadi
masalah. Apalagi di tengah serangkaian upaya pemulihan berbagai sektor yang terdampak
pandemi Covid-19, persoalan tersebut juga semakin mengemuka dan menjadi perhatian serius
pemerintah yang terus mengupayakan jalan keluarnya.
"Persoalan ketenagakerjaan saat ini juga semakin kompleks," katanya pada Acara Rembug
Nasional Vokasi dan Kewirausahaan dan Peresmian Penggunaan BLK Komunitas Tahun 2020 Se-
Indonesia, serta Peresmian Bank Wakaf Mikro (BWM) di Pondok Pesantren Cipasung,
Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (8/6).
Wapres Ma'ruf mengatakan angka pengangguran masih relatif tinggi, sementara daya saing atau
produktivitas tenaga kerja juga masih rendah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari
2021 menunjukkan bahwa terdapat 19,1 juta tenaga kerja yang terdampak pandemi.
Persoalan tersebut ditambah pula dengan pertumbuhan angkatan kerja baru yang cenderung
terus meningkat setiap tahun, serta minimnya penduduk usia angkatan kerja yang siap pakai,
atau pernah mengikuti pelatihan kerja, sehingga menyebabkan terjadinya mismatched skill.
"Tantangan menjadi semakin berat dengan perkembangan revolusi industri 4.0 dan teknologi
digital yang semakin cepat dan mendisrupsi beragam sektor kehidupan termasuk industri dan
ketenagakerjaan," jelasnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra Sumber: Merdeka.com.
256