Page 22 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 MARET 2021
P. 22

"Jadi,  mereka  mendapat  pengetahuan  bagaimana  pengasuhan  anak  tetap  berjalan  ketika
              mereka sudah berada di luar negeri sehingga tahu bagaimana membangun komunikasi dengan
              anak-anak di Indonesia.

              Pembekalan ini disertai panduan rinci apa yang harus dilakukan orangtua yang menjadi PMI,"
              tutur Tyas Retno Wulan, pengajar Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
              Jenderal Soedirman, Purwokerto, ketika dihubungi, Senin (8/3/2021).

              Komunikasi intens antara anak pekerja migran (APM) dan orangtuanya di luar negeri menjadi
              kunci agar anak-anak tak kehilangan perhatian.

              Yang  teijadi  selama  ini,  ketika  PMI  bekerja  di  luar  negeri,  anak-anak  ditinggalkan  kepada
              suami/istri  ataupun  kepada  kakek/nenek  ataupun  saudara,  setelah  itu  tak  ada  komunikasi.
              Pengasuhan anak pun tak berjalan.

              Minimnya pengasuhan dan perlindungan membuat sejumlah APM kekurangan gizi dan rentan
              jadi korban kekerasan fisik, psikis, ataupun seksual.


              Selain  tidak  mendapat  pendidikan  dan  kesehatan  yang  optimal,  mereka  juga  kesulitan
              mengakses identitas kependudukan, seperti akta lahir, sehingga tidak bisa mengakses program
              pemerintah (Kompas, 8/3/2021).

              Tyas mengungkapkan, komunikasi dan pengasuhan jarak jauh oleh PMI terhadap anak-anaknya
              membutuhkan  usaha  khusus.  Kini,  hal  tersebut  memungkinkan  dilakukan  karena  teknologi
              informasi telah berkembang.

              "PMI bisa memanfaatkan teknologi informasi. Mereka bisa melakukan telepon video kapan saja
              dengan anak-anaknya. Komunikasi itu akan memengaruhi situasi psikologi anaknya, setidaknya
              memberi kebanggaan kepada anak bahwa orangtuanya bekerja keras di luar negeri," tutur Tyas.

              Selain pembekalan pada PMI, pengasuhan APM berbasis komunitas juga bisa dilakukan sehingga
              ada perhatian dari pemerintah dan masyarakat terhadap APM. Pemerintah desa yang memiliki
              APM  bisa  memetakan  profilnya  mulai  dari  usia,  pendidikan,  jenis  kelamin,  hingga  persoalan
              mereka.

              Ketika sudah mengetahui persoalannya, akan lebih mudah untuk menanganinya. Namun, hal
              seperti itu jarang dilakukan di desa-desa. Meski ada desa yang memberikan perhatian kepada
              APM, itu dilakukan karena sudah ada intervensi program dari LSM ataupun pemerintah. Namun,
              APM yang belum tersentuh program jauh lebih banyak.

              Sudah ada kebijakan

              Dari sisi pemerintah, selain ada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan
              PMI  yang  mengamanatkan  perlindungan  PMI  bersama  keluarganya,  sejumlah  kebijakan  dan
              program terkait APM sudah dilakukan.

              Ada Program Desmigratif (Desa Migran Produktif) di Ke-menterian Ketenagakerjaan. Ada pula
              Program  Bina  Keluarga  TKI  (sekarang  Bina  Keluarga  PMI)  di  Kementerian  Pemberdayaan
                                                           21
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27