Page 72 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2021
P. 72
BONUS DEMOGRAFI IBARAT PISAU BERMATA DUA
BANDUNG. Sebanyak 40 tenaga kerja sukarela (TKS) mengikuti pembekalan sebagai
pendamping tenaga kerja mandiri (TKM) lanjutan tahun 2021 yang diselenggarakan Balai Besar
Pengembangan Pasar Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja, Kementerian Ketenagakerjaan
(Kemnaker).
Direktur Bina Perluasan Kesempatan Kerja Ditjen Binapenta dan PKK Kementerian
Keternagakerjaan (Kemnaker) I Nyoman Darmanta mengucapkan selamat kepada 40 TKS yang
telah mengikuti pembekalan, karena sudah terpilih lewat seleksi yang cukup ketat.
"Seleksinya ketat dan transparan melibatkan IPB University, dari 250 pendaftar dari seluruh
Indonesia, sebanyak 40 TKS yang terpilih," kata dia dalam acara penutupan pembekalan TKS
pendamping TKM lanjutan yang berlangsung dari 15-18 Oktober 2021 di Lembang, Bandung,
Jawa Barat.
Darmanta mengatakan, TKS berperan penting di masyarakat, sekaligus memiliki tugas berat
dalam mendorong TKM untuk bisa berusaha secara mandiri, sehingga mampu menyerap tenaga
kerja baru.
"Dengan demikian, persoalan pengangguran dapat diatasi yang salah satunya lewat program-
program perluasan kesempatan kerja ini," harap Darmanta.
Dalam kesempatan yang sama, Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan, Caswiyono Rusydie
Cakrawangsa kembali mengingat tentang adanya tantangan besar yang dihadapi bangsa
Indonesia saat ini dan ke depan. Nah, salah satunya adalah bonus demografi yang puncaknya
bakal terjadi pada tahun 2030 mendatang.
"Meski puncaknya masih jauh, tapi hari ini tanda-tandanya sudah terasa. Apa buktinya? Menurut
data BPS, per tahun ada 2,9 juta anak usia muda produktif yang nganggur. Mereka harus kemana
ini, kan harus mendapat pekerjaan," ungkap Caswiyono.
Menurut dia, bonus demografi ini ibarat pisau bermata dua. Artinya, kalau kita gagal
mengelolalnya maka akan menjadi musibah demografi yang sangat dahsyat. Tapi di sisi lain,
kalau kita berhasil mengelola dengan baik bonus demografi ini, maka akan menjadi kekuatan
sumber daya ekonomi yang luar biasa.
Yang terang, perkembangan anak muda produktif ini sangat cepat sekali. Pasalnya, ketika
pemerintah dan semua pihak lainnya belum selesai mempersiapkan generasi milenial, tiba tiba
lahir anak-anak muda baru generasi Z yang karakteristiknya berbeda jauh dengan generasi
milenial.
"Ini tantangannya juga sangat luar biasa. Maka, jika kita tidak bisa mempersiapkan mereka,
maka akan sangat berbahaya," tukasnya.
Tantangan berikutnya datang dari yang namanya revolusi industri. Caswiyono bilang, revolusi
industri ini juga luar biasa efeknya terhadap berbagai sektor kehidupan, yakni terkait otomasi
dan disrupsi. Dampaknhya ada perubahan yang drastis terhadap struktur ketenagakerjaan. Ada
banyak pekerjaan-pekerjaan yang hilang karena tergantikan oleh mesin atau robot.
"Lembaga riset McKinsey menyebutkan revolusi industri 4.0 telah mendorong pergeseran sekitar
30% pekerjaan industri dapat diotomasi, sehingga diproyeksikan ada 23 juta pekerjaan yang
akan hilang," ungkap Caswiyono.
71