Page 100 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 100

19. Tidak ada cara lain untuk menciptakan lebih banyak lagi lapangan kerja selain mendorong
              masuknya investasi.
              Hingga semester 1-2020, realisasi investasi mencapai Rp 402,6 triliun, atau 49,3% dari target
              penyesuaian 2020 sebesar Rp 817,2 triliun, dengan serapan tenaga kerja sebanyak 566.194
              pekerja. Pada periode ini realisasi penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment
              (FDI) menurun akibat pandemi Covid-19 sehingga terjadi pergeseran komposisi. Penanaman
              modal dalam negeri (PMDN) memberikan kontribusi lebih dari setengahnya, dengan nilai Rp
              207,0 triliun (51,4%), sedangkan PMA sebesar Rp 195,6 triliun (48,6%).

              Komponen  investasi  atau  pembentukan  modal  tetap  bruto  (PMTB)  memberikan  kontribusi
              sebesar  30,61%  terhadap  produk  domestik  bruto  (PDB)  Indonesia  pada  triwulan  11-2020,
              sedangkan konsumsi dalam negeri menyumbang 57,85%. Investasi memiliki kaitan erat dengan
              konsumsi. Investasi yang masuk akan menjamin kepastian pendapatan masyarakat sehingga
              memiliki daya beli. Dengan mendorong peningkatan investasi sebesar 6,6-7% untuk membangun
              usaha baru atau mengembangkan usaha eksisting, diperkirakan dapat mendorong peningkatan
              konsumsi di kisaran 5,4^5,6%.
              UU  Ciptaker  juga  diharapkan  dapat  mendukung  program  pemberdayaan  UMKM  agar
              kontribusinya  meningkat  terhadap  PDB  menjadi  65%  dan  peningkatan  kontribusi  koperasi
              terhadap PDB menjadi 5,5%. UU Ciptaker juga beipotensi meningkatkan daya saing Indonesia.
              Di kawasan Asean, peringkat daya saing Indonesia di urutan ke-14 dengan skor 64,6 di bawah
              Singapura  di  urutan  pertama  (84,8),  Malaysia  di  urutan  ke-2  (74,6),  dan  Thailand  (68,1).
              Kemudahan  melakukan usaha  atau  ease ofdoitig  business  (EoDB)  Indonesia  juga berpotensi
              lebih baik dari posisi saat ini di urutan 73.

              UU Ciptaker dibutuhkan sebagai antisipasi untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Berbagai
              lembaga multilateral telah memprediksi Indonesia bakal memasuki fase pemulihan ekonomi pada
              2021  dan  2022.  Kurun  waktu  tersebut  penting  bagi  pemerintah  memiliki  aturan  yang
              mempercepat berbagai proses birokrasi untuk mendorong investasi dan penciptaan lapangan
              kerja. Jika baru dipersiapkan setelah pemulihan ekonomi selesai, Indonesia tak bisa mengejar
              pertumbuhan ekonomi negara-negara lain.

              Namun demikian, efektivitas UU Ciptaker untuk mendongkrak investasi tidak akan terjadi apabila
              pandemi  Covid-19  masih  belum  bisa  diatasi  di  Indonesia.  Banyak  pemodal  akan  menahan
              investasinya  jika  kasus  positif  Covid-19  terus  meningkat  dan  belum  mencapai  puncaknya  di
              Indonesia.  Rendahnya  daya  beli  masyarakat  Indonesia  juga  akan  memengaruhi  keputus-an
              investor. Imbasnya, kemuda-han perizinan yang diatur dalam beleid tersebut tak akan banyak
              dimanfaatkan dan penciptaan lapangan kerja tak akan bertambah signifikan.

              Di sisi lain, tidak ada jaminan UU Ciptaker akan langsung memperbaiki iklim investasi di Tanah
              Air.  Sebab,  masih  dibutuhkan  banyak  aturan  turunan  agar  beleid  tersebut  bisa  cepat
              diimplementasikan.  Selain  itu,  keputusan  DPR  yang  terkesan  terburu-buru  mengesahkan  UU
              Ciptaker menimbulkan kegaduhan dari berbagai elemen buruh sehingga membuat investor akan
              sangat berhati-hati.

              Regulasi tersebut berfungsi untuk mengurangi hambatan seseorang ketika akan berinvestasi,
              misalnya terkait perizinan, lahan, dan ketenagakerjaan. Namun demikian belum menghilangkan
              hambatan seperti permasalahan inkonsistensi kebijakan pemerintah dan kurangnya koordinasi
              pusat  dan  daerah.  Kebijakan  pemerintah  yang  kerap  tidak  konsisten,  lemahnya  koordinasi
              antarkementerian serta antara pusat dan daerah akan menjadi penghambat masuknya investasi.
              Namun demikian, efektivitas UU Ciptaker untuk mendongkrak investasi tidak akan terjadi apabila
              pandemi Covid-19 masih belum bisa diatasi di Indonesia.




                                                           99
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105