Page 417 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 417

Ringkasan

              Fraksi Partai Demokrat DPR RI menyatakan rapat paripurna pada 5 Oktober 2020 dengan agenda
              pengesahan  RUU Cipta Kerja  adalah sesat dan cacat prosedur. Anggota Fraksi Demokrat Didi
              Irawadi Syamsuddin menyatakan tidak ada draf RUU yang dibagikan kepada peserta rapat saat
              paripurna.

              Menteri  Ketenagakerjaan  Hj  Ida  Fauziyah  mengatakan,  pihaknya  menyadari  di  balik  cita-cita
              mulia yang terkandung dalam RUU Cipta Kerja, terdapat riak-riak dinamika sosial, baik yang pro
              maupun yang kontra, terutama pada materi klaster ketenagakerjaan. Meski demikian Menaker
              memastikan bahwa pemerintah sangat terbuka atas berbagai masukan kontruktif.



              DEMOKRAT SEBUT RAPAT PARIPURNA PENGESAHAN RUU CIPTA KERJA CACAT
              PROSEDUR

              Fraksi Partai Demokrat DPR RI menyatakan rapat paripurna pada 5 Oktober 2020 dengan agenda
              pengesahan  RUU Cipta Kerja  adalah sesat dan cacat prosedur.

              Anggota  Fraksi  Demokrat  Didi  Irawadi  Syamsuddin  menyatakan  tidak  ada  draf  RUU  yang
              dibagikan kepada peserta rapat saat paripurna.

              "Tidak ada selembar pun naskah RUU terkait Ciptaker yang dibagikan saat rapat paripurna tgl 5
              Oktober 2020. Jadi pertanyaanya, sesungguhnya RUU apa yang telah diketok palu tanggal 5
              Oktober 2020 itu?" kata Didi dalam keterangannya, Kamis (8/10/2020).

              Didi menyatakan seharusnya sebelum palu pengesahan diketuk, naskah  RUU Cipta Kerja  sudah
              dibagikan dan dibaca oleh semua peserta rapat  "Dalam forum rapat tertinggi ini, adalah wajib
              semua yang hadir diberikan naskah RUU tersebut. Jangankan yang hadir secara fisik, yang hadir
              secara virtualpun harus diberikan," tegas Didi.

              Hal lainnya menurut Didi yang dinilai janggal terkait undangan rapat yang hanya diberitahukan
              beberapa jam sebelum paripurna.

              "Inilah undangan rapat yg telah memecahkan rekor undangan secepat kilat. Ada apa gerangan
              ini? Sungguh tidak etis untuk sebuah RUU sepenting dan krusial ini," jelasnya.
              "Padahal sudah dijadwal sebelumnya akan dilakukan pada 8 Oktober 2020. Tiba-tiba menjadi 5
              Oktober,  tanpa  informasi  yang  cukup  dan  memadai.  Sehingga  rapat  itu  menjadi  rapat  yang
              dadakan, tergesa-gesa dan dipaksakan," tambahnya.

              Didi kembali mengatakan, ada lima hal yang disampaikan Fraksi Partai Demokrat yang perlu
              mendapatkan perhatian dalam RUU  Cipta Kerja  .

              Pertama, RUU Ciptaker tidak memiliki nilai urgensi dan kegentingan memaksa di tengah krisis
              pandemi ini. Di masa awal pandemi, prioritas utama negara harus diorientasikan pada upaya
              penanganan pandemi, khususnya menyelamatkan jiwa manusia, memutus rantai penyebaran
              Covid-19, serta memulihkan ekonomi rakyat.

              Kedua, RUU Ciptaker ini membahas secara luas beberapa perubahan UU sekaligus (omnibus
              law). Karena besarnya implikasi dari perubahan tersebut, maka perlu dicermati satu per satu,
              hati-hati,  dan  lebih  mendalam,  terutama  terkait  hal-hal  fundamental,  yang  menyangkut
              kepentingan masyarakat luas.

              Terlebih  saat  ini  masyarakat  sedang  sangat  membutuhkan  keberpihakan  dari  negara  dan
              pemerintah dalam menghadapi situasi pandemi dewasa ini.
                                                           416
   412   413   414   415   416   417   418   419   420   421   422