Page 418 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 418

Ketiga, harapannya RUU Cipta Kerja di satu sisi bisa mendorong investasi dan menggerakkan
              perekonomian  nasional.  Namun  di  sisi  lain,  hak  dan  kepentingan  kaum  pekerja  tidak  boleh
              diabaikan apalagi dipinggirkan.

              Tetapi, RUU ini justru berpotensi meminggirkan hak-hak dan kepentingan kaum pekerja di negeri
              kita. Sejumlah pemangkasan aturan perijinan, penanaman modal, ketenagakerjaan dan lain-lain,
              yang  diatasnamakan  sebagai  bentuk  "reformasi  birokrasi"  dan  "peningkatan  efektivitas  tata
              kelola pemerintahan".

              "Hal  ini  justru  berpotensi  menjadi  hambatan  bagi  hadirnya  pertumbuhan  ekonomi  yang
              berkeadilan (growth with equity)," ungkap politikus Demokrat ini.

              Keempat,  Partai  Demokrat  memandang  RUU  Ciptaker  telah  mencerminkan  bergesernya
              semangat Pancasila utamanya sila keadilan sosial (social justice) ke arah ekonomi yang terlalu
              kapitalistik dan terlalu neo-liberalistik.

              "Sehingga  kita  perlu  bertanya,  apakah  RUU  Ciptaker  ini  masih  mengandung  prinsip-prinsip
              keadilan sosial (social justice) tersebut sesuai yang diamanahkan oleh para founding fathers
              kita?" tanya Didi.

              Kelima, selain cacat substansi, RUU Ciptaker ini juga cacat prosedur. Fraksi Partai Demokrat
              menilai,  proses  pembahasan  hal-hal  krusial  dalam  RUU  Ciptaker  ini  kurang  transparan  dan
              akuntabel.

              Pembahasan RUU Ciptaker ini tidak banyak melibatkan elemen masyarakat, pekerja dan jaringan
              civil society  yang akan menjaga ekosistem ekonomi dan keseimbangan relasi tripartit, antara
              pengusaha, pekerja dan pemerintah.

              Menteri  Ketenagakerjaan  Hj  Ida  Fauziyah  mengatakan,  pihaknya  menyadari  di  balik  cita-cita
              mulia yang terkandung dalam RUU Cipta Kerja, terdapat riak-riak dinamika sosial, baik yang pro
              maupun yang kontra, terutama pada materi klaster ketenagakerjaan. Meski demikian Menaker
              memastikan  bahwa  pemerintah  sangat  terbuka  atas  berbagai  masukan  kontruktif.  Hal  itu
              disampaikan  Menaker  saat  menjadi  keynote  speaker  dalam  webinar  bertema  Peluang  dan
              Tantangan RUU Cipta Kerja yang diselenggarakan Injabar dan Universitas Padjajaran, Jumat
              (28/8/2020).
              "Proses panjang pembentukan RUU Cipta Kerja khususnya klaster ketenagakerjaan telah dilalui.
              Kami mulai kembali, kami review kembali dengan melibatkan partisipasi stakeholder, utamanya
              unsur pekerja, pengusaha juga unsur praktisi dan akademisi dari berbagai dimensi keilmuan,"
              ujar Ida.

              Bahkan meskipun RUU Cipta Kerja telah diserahkan dan tengah dibahas di DPR, Kementerian
              Ketenagakerjaan  bersama  serikat  pekerja  dan  pengusaha  terus  melakukan  pendalaman  atas
              subtansi ketenagakerjaan dalm RUU Cipta Kerja.
              "Pemerintah  sangat  terbuka  atas  berbagai  masukan  kontruktif,  proses  dilakukan  secara
              transparan dan demokratis, serta mengedepankan kepentingan nasional," tegas Ida.

              Dalam pemaparannya, Menaker menjelaskan, RUU Cipta Kerja adalah bagian dari ikhtiar yang
              diambil pemerintah guna mewujudkan visi Indonesia menjadi negara yang maju dan sejahtera.

              Pemerintah melihat sejumlah peluang dan tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini antara
              lain;  pertumbuhan  ekonomi  yang  masih  rendah,  angka  pengangguran  yang  masih  tinggi,
              perlunya pembangunan SDM yang berkualitas, tantangan perkembangan ekonomi digital dan
              tren teknologi yang mengubah lanskap bisnis sehingga mempengaruhi peta kebutuhan tenaga
              kerja.

                                                           417
   413   414   415   416   417   418   419   420   421   422   423