Page 187 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 JANUARI 2021
P. 187

PANDEMI BELUM USAI, LEDAKAN PHK DIRAMAL TERJADI LAGI DI 2021

              Para buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) memperkirakan
              korban putus hubungan kerja (PHK) masih akan tinggi di tahun depan. Hal ini sebagai dampak
              dari COVID-19 yang dinilai belum akan usai di 2021.

              Presiden  KSPI  Said  Iqbal  mengatakan,  perkiraan  tersebut  juga  dilatarbelakangi  oleh  kondisi
              ekonomi Indonesia yang masih belum sepenuhnya pulih. Menurutnya, fase pertama ledakan
              terjadi di akhir tahun ini.

              Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran per Agustus 2020
              mengalami peningkatan sebanyak 2,67 juta orang. Dengan demikian, jumlah angkatan kerja di
              Indonesia yang menganggur menjadi sebesar 9,77 juta orang.

              "Fase ledakan PHK yang pertama yang dirumahkan maupun yang di-PHK mendekati 3-4 juta, di
              antaranya  387.000  di-PHK  itu  pariwisata  dan  UMKM  turunannya,"  kata  Iqbal  dalam
              keterangannya, Rabu (30/12).

              Sementara  fase  kedua  menurutnya  akan  dimulai  di  dari  akhir  tahun  ini  hingga  2021.  Iqbal
              menilai, sektor manufaktur hingga pariwisata yang banyak menyerap tenaga kerja, belum akan
              pulih di tahun mendatang. Menurutnya, akan ada tambahan 500 ribu hingga jutaan orang yang
              terkena PHK di tahun depan dari kedua sektor tersebut.

              "Ledakan PHK itu akan lebih meningkat, karena pariwisata belum bergerak dan PSBB juga makin
              ditingkatkan.  Apalagi  ada  varian  baru  COVID  dari  Inggris  yang  sudah  masuk  ke  Singapura,
              Malaysia,  tidak  menutup  kemungkinan  masuk  ke  Indonesia  itu  pariwisata  tetap  terpukul,"
              jelasnya.

              Dia  pun  mengatakan,  program-program  pemerintah  yang  ditujukan  untuk  mensejahterakan
              buruh tidak berdampak signifikan. Iqbal juga menilai Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah tak
              memiliki kinerja baik, utamanya terhadap kesejahteraan buruh.

              Iqbal  bilang,  Ida  tak  kompeten  dalam  melaksanakan  tugasnya,  karena  tidak  bisa
              mensejahterakan dan melindungi buruh. Apalagi, di saat pandemi COVID-19 banyak buruh yang
              kehilangan pekerjaannya.

              "Menaker yang menurut KSPI sangat jeblok, yang tidak memahami dunia tenaga kerja harusnya
              di-  tapi  sayangnya  tidak.  Ini  tanpa  kepentingan  apa  pun  dari  KSPI,  hanya  melihat  kinerja
              Menaker," kata Iqbal.

              Secara umum, dia pun pesimistis kabinet beberapa waktu lalu akan membawa perubahan dan
              kesejahteraan bagi buruh dan perekonomian Indonesia. Menurutnya, tidak berdampak positif
              karena tidak menjawab tiga tantangan utama yang dihadapi buruh.
              Ketiga tantangan yang dimaksud adalah pandemi Covid-19, ledakan pemutusan hubungan kerja
              (PHK), dan Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja.

              "Bagi  kami  kabinet  yang  lalu  tidak  memberikan  dampak  positif  apa  pun,  tidak  memberikan
              inspirasi apa pun, dan tidak memberikan rasa optimisme," pungkasnya.










                                                           186
   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192