Page 39 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 DESEMBER 2020
P. 39

PENGANGGURAN DI DKI TERBESAR DI INDONESIA

              ANGKA pengangguran di Jakarta melonjak menjadi tertinggi nasional. Per Agustus angkanya
              mencapai 572.780 orang. Pem-prov DKI Jakarta berharap pengusaha bisa mengatasinya dengan
              membuka industri padat karya agar bisa menyerap banyak tenaga kerja.

              Sekretaris  Dinas  Tenaga  Kerja  dan  Transmigrasi  (Disnakertrans)  DKI  Jakarta,  Hedy  Wijaya
              menjelaskan, mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
              di Jakarta, tertinggi dibandingkan provinsi lainnya. "Mohon maaf angka di Provinsi DKI ini nomor
              1 dengan jumlah pengangguran terbanyak di Indonesia," ungkap Hedy, di Jakarta, akhir pekan
              lalu.

              Hedy mengatakan, pihaknya sedang mencari solusi untuk mengatasinya. Ditargetkannya, angka
              pengangguran tahun depan harus bisa turun agar tidak menimbulkan masalah sosial.  "Target
              di  tahun  2021  minimal  kami  bisa  menekan  pengangguran.  Walaupun  jumlahnya  sedikit,
              setidaknya bisa kami tekan dekat kisaran 10,905 persen di tahun 2021," harapnya.
              Dia menuturkan, selama ini pihaknya rutin menjalankan program pelatihan dan keterampilan.
              Pada masa normal, jumlah peserta pelatihan sampai 9.000 orang per tahun. Namun, karena
              keterbatasan anggaran, Pem-prov DKI melakukan efisiensi program.

              Hedy  berharap,  di  tengah  pan-demi  ini  pelaku  industri  membuka  lapangan  kerja  baru  yang
              bersifat padat karya yang bisa menyerap banyak tenaga kerja. "Kami menyadari sekarang tenaga
              kerja manusia bisa digantikan mesin. Tetapi dalam situasi sekarang alangkah baiknya jika tenaga
              kerja manusia yang diutamakan," ingatnya.

              Ekonom sekaligus Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny
              Sri Hartati menjelaskan, industri di DKI Jakarta kebanyakan bergerak di sektor jasa. Sehingga,
              saat DKI Jakarta melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), secara otomatis banyak
              perusahaan yang tutup dan mengakibatkan banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK).
              "DKI  pasti  (terbanyak)  karena  DKI  sektor  utama  jasa.  Kedua  DKI  yang  melakukan  PSBB
              dibandingkan daerah yang lain, dan DKI nggak memungkinkan setengah-setengah," kata Enny.

              Selain itu, Enny menerangkan, pergerakan investasi selama pandemi, mengalami penurunan.
              Sebagian perusahaan manufaktur melakukan realokasi atau berpindah ke luar DKI Jakarta. Enny
              meyakini, jumlah TPT melebihi data yang dirilis oleh BPS sebanyak 9,77 juta. Sebab, karyawan
              yang dirumahkan tidak masuk dalam TPT. "Contoh perhotelan saja banyak yang dirumahkan,
              nah itu bukan masuk TPT," jelasnya.

              Dia  menuturkan,  angka  TPT  di  DKI  Jakarta  dapat  cepat  menurun  jika  Pemprov  DKI  Jakarta
              mampu  mengendalikan  kurva  persebaran  Covid-l9.  Oleh  karena  itu,  ia  menyarankan  agar
              Pemprov DKI lebih mengoptimalkan pengendalian terhadap pandemi Covid-19. "Itu banyak yang
              langsung  aktif  kembali,  perkantoran,  bisnis  dan  dengan  sendirinya  normal.  Tapi  kalo  tidak
              terkendali ya nggak kembali normal," ucapnya.

              Serap Produk UMKM

              Wakil Wali Kota Administrasi Jakarta Selatan. Isnawa Adji mengatakan. Usaha Mikro, Kecil dan
              Menengah (UMKM) saat ini menjadi andalan untuk menyerap tenaga kerja. Karena itu, untuk
              membantu  UMKM  berkembang  dibutuhkan  peran  pelaku  usaha  besar.  Menurutnya,  banyak
              UMKM yang menghasilkan produk berkualitas, namun, kesulitan dalam memasarkan.

              "Perusahaan besar bisa membantu untuk menyerap produk UMKM," harapnya.




                                                           38
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44