Page 21 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 AGUSTUS 2020
P. 21
seluruh sektor, dengan penurunan terdalam pada sektor pengolahan, perdagangan, hotel dan
restoran, serta jasa.
Menurut BI, hal ini disebabkan penurunan permintaan dan gangguan pasokan akibat pandemi
Covid-19. Akibat penurunan kegiatan dunia usaha ini, kapasitas produksi terpakai dan
penggunaan tenaga kerja pada kuartal II-2020 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan
kuartal sebelumnya.
Kondisi itu diprediksi akan berlanjut hingga kuartal III. Pasalnya, sampai saat ini belum ada
tanda-tanda perbaikan iklim usaha di dalam negeri.
Kendati pemerintah sudah membuka kembali aktivitas ekonomi lewat pelonggaran pembatasan
sosial berskala besar (PSBB), dampak positifnya juga belum dirasakan pelaku usaha. "Bahkan
terus bertambahnya kasus positif Covid-19 membuat iklim ketidakpastian semakin besar," kata
Bob Azzam, Ketua Komite Tetap Ketenagakerjaan Kadin Indonesia.
Dalam kondisi serba tidak pasti tersebut, dunia usaha sulit berhitung karena tidak jelas kapan
pandemi akan berakhir. Namun demikian, pelaku usaha tetap menyiapkan skenario terbaik
maupun terburuk dalam menghadapi pandemi ini.
Bila skenario terburuk benar terjadi resesi, maka program pengetatan pengeluaran operasional
menjadi pioritas utama. "Termasuk melakukan efisiensi penggunaan tenaga kerja baik
melakukan sif, perumahan karyawan, hingga PHK," ujar Azzam.
Yang jelas, kata Azzam, langkah efisiensi itu tetap perlu diimbangi dengan berbagai kebjakan
pemerintah dalam menciptakan iklim bisnis yang kondusif.
Dalam kondisi resesi yang disebabkan wabah, maka upaya pengendalian penyebaran wabah
menjadi hal utama yang harus dilakukan pemerintah. Bila program penanganan wabah
menunjukkan hasil potisif, maka secara perlahan dunia usaha akan bangkit kembali.
Shinta Kamdani, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), menyampaikan,
yang dibutuhkan dunia usaha saat ini adalah perbaikan dari sisi permintaan (demand). Dengan
begitu, pasokan akan meningkat guna mengimbangi perbaikan dari sisi permintaan.
Namun, senada dengan Bob, ia menyebut, program penguatan daya beli masyarakat lewat
aneka bantuan dan stimulus tidak akan maksimal selama pandemi belum teratasi dengan baik.
"Bila penyebaran Covid-19 tidak bisa ditekan, maka kepastian bagi pelaku usaha juga tidak ada,"
ujarnya.
Yusuf Rendy Manilet, ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, mengakui,
proses pemulihan ekonomi akan bergantung seberapa cepat langkah pemerintah dalam
mengatasi pandemi Covid.
Selama kasus Covid-19 masih meningkat, maka proses pemulihan ekonomi akan berjalan lambat.
Hal ini yang akan mengkhawatirkan dunia usaha. Karena apa pun langkah efisiensi yang
dilakukan, tetap tidak banyak membantu memulihkan kinerja perusahaan di tengah penurunan
daya beli.
Hal itu terkonrifmasi dari Purchasing Manager index (PMI) yang berada di bawah angka 50. Level
ini menunjukkan industri manufaktur masih menahan ekspansi. "Jika permintaan turun,
kapasitas produksi juga berkurang," ungkapnya.
20