Page 167 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 FEBRUARI 2021
P. 167

ATURAN UPAH INDUSTRI, DEPENAS: TAK CUMA LINDUNGI PENGUSAHA

              JAKARTA - Permenaker No. 20/2021 tentang pelaksanaan pengupahan kepada industri padat
              karya  tertentu  dinilai  memberikan  perlindungan  yang  mendasar  kepada  para  pekerja  serta
              mendorong proses pemulihan arus kas perusahaan.

              Menurut  Wakil  Ketua  Dewan  Pengupahan  Nasional  (Depenas)  Unsur  Pengusaha  Bob  Azzam,
              peraturan tersebut akan menjadi kendaraan bagi perusahaan dalam melindungi pekerja melalui
              penyesuaian upah, bukan dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) ketika berlaku 31 Desember
              2021.

              "Aturan ini bukan hanya semata-mata melindungi perusahaan, tapi juga buruh, supaya tidak ada
              lagi PHK. Pasalnya, dalam perlindungan terhadap buruh, hal yang utama adalah perlindungan
              pekerjaan.  Setelah  itu,  barulah  kita  bicara  upah  dan  sebagainya,"  ujar  Bob  kepada,  Kamis
              (18/2/2021).

              Permenaker ini, lanjutnya, juga mendorong terjadinya perundingan bipartit antara pengusaha
              dan pekerja. Kondisi tersebut diperlukan lantaran pihak-pihak perunding paling tahu mengenai
              kondisi perusahaan.

              Kendati  demikian,  Bob  menilai  kekhawatiran  yang  muncul  sebagai  hal  yang  wajar.  Namun,
              kekhawatiran  tersebut  tidak  diharapkan  justru  menjadi  batu  pengganjal  yang  menghalangi
              perusahaan dalam memberikan perlindungan pekerjaan kepada pekerja.

              Dia menambahkan, dunia usaha pun juga memerlukan peran pemerintah dalam implementasi
              permenaker tersebut. "Soal batasan penyesuaian upah, bipartitnya yang paling tahu. Namun,
              setidaknya pemerintah memberikan referensi angkalah soal pembatasan tersebut," kata Bob.

              Selain  itu,  dia  menilai  bimbingan  dari  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemenaker)  diperlukan
              agar perundingan bisa berlangsung adil.

              "Terutama untuk perusahaan-perusahaan kecil, bisa lebih diutamakan oleh pemerintah untuk
              dibimbing. Pasalnya, pangsa perusahaan kecil di Indonesia jumlahnya sekitar 97 persen dari
              total.  Sementara  perusahaan  besar  memiliki  sarana  dan  prasarana  lebih  lengkap  untuk
              melakukan  perundingan  bipartit  secara  transparan.  Jadi  wajar  yang  kecil-kecil  diberikan
              bimbingan dari pemerintah," tuturnya.






























                                                           166
   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172