Page 84 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 NOVEMBER 2020
P. 84
Kabar kurang sedap belum berhenti sampai di situ. BI memperkirakan penjualan ritel pada
Oktober 2020 masih tumbuh negatif, bahkan lebih parah dibandingkan bulan sebelumnya yaitu
-10% YoY. "Sejumlah komoditas seperti kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta
barang budaya dan rekreasi diperkirakan mengalami penurunan penjualan," sebut keterangan
tertulis BI.
Dalam tiga bulan mendatang (Desember 2020), dunia usaha memperkirakan penjualan ritel naik
yang digambarkan dengan Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) sebesar 157,2. Namun penjualan
dalam enam bulan ke depan (Maret 2021) diperkirakan turun dengan IEP 159,4.
Data terbaru ini memberi gambaran suramnya industri ritel Tanah Air. Bukan hanya di Indonesia,
situasi serupa juga terjadi di banyak negara.
Mengutip data Statista, nilai penjualan ritel di seluruh dunia pada 2020 diperkirakan US$ 23,36
triliun. Turun 5,73% dibandingkan tahun sebelumnya.
Penyebabnya apa lagi kalau bukan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/COVID-19).
Pandemi virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China
ini membuat dunia berantakan.
Virus corona menyebar dengan kecepatan dan cakupan yang luar biasa. Bermula dari sebuah
kota di Negeri Panda, virus ini sudah 'membobol' lebih dari 200 negara dan teritori di seluruh
dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh negara per
10 November 2020 adalah 50.676.072 orang. Bertambah 427.551 orang (0,85%) dibandingkan
hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (28 Oktober-10 November 2020), rata-rata pasien baru bertambah
514.745 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 406.421 orang per
hari.
Akibatnya, dunia masih belum bisa normal. Kebijakan pembatasan sosial (social distancing)
masih jadi andalan untuk meredam penyebaran virus corona.
Dengan pembatasan sosial, miliaran warga dunia diminta sebisa mungkin #dirumahaja. Bekerja,
belajar, dan beribadah di rumah. Jangan keluar rumah kecuali untuk urusan yang maha
mendesak.
Seiring perjalanan, social distancing memang dikendurkan dan dunia memasuki masa reopening,
new normal, Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau terserah apa sebutannya. Namun bukan berarti
kembali seperti sebelum pandemi, masih ada pembatasan di sana-sini.
Misalnya di Indonesia, pusat perbelanjaan memang sudah boleh beroperasi. Akan tetapi
kapasitas pengunjung dibatasi, maksimal 50%.
Well, 50% pengunjung memang lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Namun itu masih
belum cukup memenuhi skala ekonomi yang optimal.
Akibatnya, dunia usaha masih harus melakukan efisiensi yang salah satunya adalah PHK. Industri
ritel yang sangat terpukul menjadi salah satu yang paling banyak melakukan PHK.
83