Page 62 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 NOVEMBER 2020
P. 62

Sosialisasi diberikan kepada pengawas dan stakeholder mitra pengawas ketenagakerjaan guna
              memiliki pemahaman yang sama.
              Dirjen Binwasnaker dan K3, Haiyani Rumondang, mengatakan, UU Cipta Kerja telah mengubah,
              menghapus, atau menetapkan pengaturan baru terhadap beberapa ketentuan yang telah berlaku
              dan ada.

              Ini meliputi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; Undang-Undang
              Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional; Undang-Undang Nomor 24 tahun
              2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial; dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017
              tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia.

              Menurut Haiyani, perubahan ketentuan ketenagakerjaan yang terdapat dalam UU Cipta Kerja
              akan memengaruhi pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan.

              Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi agar terdapat pemahaman yang sama, baik di internal
              pengawasan  ketenagakerjaan,  maupun  stakeholder  mitra  pengawas  ketenagakerjaan,  dalam
              melaksanakan fungsi pengawasan ketenagakerjaan.

              Sehingga  fungsi  pengawasan  ketenagakerjaan  dapat  berjalan  dengan  baik,  meskipun  belum
              terdapat peraturan pelaksananya.

              "Keberhasilan  kegiatan  pengawas  ketenagakerjaan  di  dalam  mengawasi  dan  menegakkan
              pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan di perusahaan, tidak terlepas dari
              peran stakeholder mitra pengawas ketenagakerjaan," kata Haiyani.

              Selain  pengawas  ketenagakerjaan,  sambungnya,  mitra  tersebut  merupakan  pihak  yang
              berhubungan langsung dengan perusahaan, pengusaha, maupun pekerja/buruh.

              Mereka menjadi pihak pertama yang akan menjadi tempat konsultasi dan penasehatan teknis
              terkait permasalahan ketenagakerjaan, tidak terkecuali substansi yang terdapat dalam UU Cipta
              kerja, terutama kluster ketenagakerjaan.

              "Oleh  karena  itu,  perlu  mempersiapkan  diri  dengan  memahami  isi  substansi  kluster
              ketenagakerjaan Undang-Undang Cipta Kerja, sehingga dapat memberikan pemahaman yang
              utuh kepada masyarakat, terutama masyarakat industri," ucapnya.

              Sementara Sesditjen PHI dan Jamsos, Adriani, mengemukakan sejumlah urgensi UU Cipta Kerja.
              Di antaranya UU Cipta Kerja bertujuan untul merespon dinamika ekonomi global secara cepat
              dan tepat.

              "Tanpa reformasi struktural, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat," kata Adriani.

              UU Cipta Kerja juga disebutnya ditujukan untuk untuk memanfaatkan bonus demografi agar
              dapat keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah.

              Dengan target peningkatan investasi sebesar 6,6 hingga 7 persen, diharapkan dapat mendorong
              pertumbuhan ekonomi mencapai 5,7 hingga 6 persen. Ia menambahkan, UU Cipta Kerja juga
              untuk  menciptakan  lapangan  kerja  baru  melalui  peningkatan  investasi,  dengan  tetap
              meningkatkan perlindungan bagi pekerja/buruh.

              Sosialisasi  ini  dihadiri  Pejabat  Tinggi  Pratama  di  Lingkungan  Kementerian  Ketenagakerjaan;
              Kepala Dinas Ketenagakerjaan Provinsi seluruh Indonesia.

              Kemudian  Pejabat  Struktural  dan  Pejabat  Fungsional  Pengawas  Ketenagakerjaan  provinsi  di
              seluruh Indonesia; dan Pejabat Fungsional Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja di seluruh
              Indonesia.
                                                           61
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67