Page 67 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 NOVEMBER 2020
P. 67

Jakarta  Barat,  Selasa  (17/11),  kepada  pengawas  dan  stakeholder  mitra  pengawas
              ketenagakerjaan guna memiliki pemahaman yang sama.
              Dirjen Binwasnaker dan K3, Haiyani Rumondang, mengatakan UU Cipta Kerja telah mengubah,
              menghapus, atau menetapkan pengaturan baru terhadap beberapa ketentuan yang telah berlaku
              dan ada saat ini, meliputi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
              Undang-Undang  Nomor  40  Tahun  2004  tentang  Sistem  Jaminan  Sosial  Nasional;  Undang-
              Undang  Nomor  24  tahun  2011  tentang  Badan  Penyelenggara  Jaminan  Sosial;  dan  Undang-
              Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia.

              Ia menambahkan perubahan ketentuan ketenagakerjaan yang terdapat dalam UU Cipta Kerja
              akan memengaruhi pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan.

              Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi agar terdapat pemahaman yang sama, baik di internal
              pengawasan  ketenagakerjaan,  maupun  stakeholder  mitra  pengawas  ketenagakerjaan,  dalam
              melaksanakan    fungsi   pengawasan     ketenagakerjaan.    Sehingga    fungsi   pengawasan
              ketenagakerjaan dapat berjalan dengan baik, meskipun belum terdapat peraturan pelaksananya.

              "Keberhasilan  kegiatan  pengawas  ketenagakerjaan  di  dalam  mengawasi  dan  menegakkan
              pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan di perusahaan, tidak terlepas dari
              peran stakeholder mitra pengawas ketenagakerjaan," kata Haiyani.
              Selain  pengawas  ketenagakerjaan,  sambungnya,  mitra  tersebut  merupakan  pihak  yang
              berhubungan  langsung  dengan  perusahaan,  pengusaha,  maupun  pekerja/buruh.  Mereka
              menjadi pihak pertama yang akan menjadi tempat konsultasi dan penasehatan teknis terkait
              permasalahan ketenagakerjaan, tidak terkecuali substansi yang terdapat dalam UU Cipta kerja,
              terutama kluster ketenagakerjaan.

              "Oleh  karena  itu,  perlu  mempersiapkan  diri  dengan  memahami  isi  substansi  kluster
              ketenagakerjaan Undang-Undang Cipta Kerja, sehingga dapat memberikan pemahaman yang
              utuh kepada masyarakat, terutama masyarakat industri," ucapnya.

              Sementara Sesditjen PHI dan Jamsos, Adriani, mengemukakan sejumlah urgensi UU Cipta Kerja.
              Di antaranya UU Cipta Kerja bertujuan untul merespon dinamika ekonomi global secara cepat
              dan tepat.
              "Tanpa reformasi struktural, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat," kata Adriani.

              UU Cipta Kerja juga disebutnya ditujukan untuk untuk memanfaatkan bonus demografi agar
              dapat  keluar  dari  jebakan  negara  berpenghasilan  menengah.  Dengan  target  peningkatan
              investasi  sebesar  6,6  hingga  7  persen,  diharapkan  dapat  mendorong  pertumbuhan  ekonomi
              mencapai 5,7 hingga 6 persen.

              Ia  menambahkan,  UU  Cipta  Kerja  juga  untuk  menciptakan  lapangan  kerja  baru  melalui
              peningkatan investasi, dengan tetap meningkatkan perlindungan bagi pekerja/buruh.

              Sosialisasi  ini  dihadiri  Pejabat  Tinggi  Pratama  di  Lingkungan  Kementerian  Ketenagakerjaan;
              Kepala  Dinas  Ketenagakerjaan  Provinsi  seluruh  Indonesia;  Pejabat  Struktural  dan  Pejabat
              Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan provinsi di seluruh Indonesia; dan Pejabat Fungsional
              Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja di seluruh Indonesia.








                                                           66
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72