Page 292 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 17 DESEMBER 2020
P. 292

Hal itu disampaikan oleh Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter
              Abdullah Redjalam, dalam diskusi daring tentang UU Cipta Kerja, dikutip pada Rabu 16 Desember
              2020.

              Menurut Piter, dengan UU Cipta Kerja maka investasi besar yang dibutuhkan Indonesia bisa
              meningkat dan mendorong pertumbuhan ekonomi serta menyerap banyak tenaga kerja. Selain
              itu, UU tersebut bisa memperbaiki kondisi dunia usaha.

              "Meningkatnya  investasi  ini  juga  akan  memperbaiki  kondisi  dunia  usaha.  Jika  dunia  usaha
              membaik, maka akan memberikan manfaat bagi calon pekerja dan pekerja," kata Piter.

              Ia  menuturkan,  saat  ini  Indonesia  sedang  berada  di  puncak  bonus  demografi  .  Untuk
              memanfaatkan  bonus  demografi,  Indonesia  harus  tumbuh  rata-rata  8  persen  setiap  tahun.
              Sebab, kalau ekonomi Indonesia tidak bisa tumbuh dengan sedemikian tinggi, tidak bisa disebut
              bonus demografi, melainkan bencana demografi.

              "Itu kenapa? Masyarakat kita itu didominasi oleh kelompok muda. Angkatannya masih milenial.
              Masih kuliah dan baru lulus. Kalau ekonomi kita tidak mampu tumbuh 8 persen setiap tahun,
              maka  setiap  tahun  akan  menumpuk  permasalahan.  Menumpuk  pengangguran  baru.  Jadi  ini
              persoalan yang harus diselesaikan dan alasan-alasan kenapa kita sangat memerlukan UU Cipta
              Kerja," jelasnya.

              Piter  menambahkan,  untuk  bisa  tumbuh  rata-rata  6  persen  atau  6,8  persen  setiap  tahun,
              Indonesia  membutuhkan  investasi  yang  sangat  besar.  Sementara  itu,  angka  investasi  yang
              masuk tidak cukup untuk mendongkrak mencapai tingkatan yang diharapkan, yakni rata-rata 6
              sampai 7 persen per tahun.

              Makanya, kata dia, untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan negara menengah atau
              middle income trap, Indonesia harus tumbuh rata-rata 6,8 persen selama 10 tahun ke depan.

              "Bayangkan, untuk 6 persen, dalam 10 tahun terakhir tidak pernah sampai. Padahal ini rata-rata
              harus 6,8 persen. Ini artinya, ada waktunya kita tumbuh 5 persen, tapi ada waktunya kita harus
              tumbuh 6,8 persen. Jadi angka ini bukan main berat," kata Piter.

              Adapun  solusinya,  untuk menggenjot  pertumbuhan  ekonomi melejit seperti  China  yang  bisa
              menembus angka rata-rata 10 persen setiap tahun, pemerintah harus membuat terobosan yang
              luar biasa, salah satunya menciptakan UU sapu jagat.

              Ekonom dari Universitas Indonesia ini juga menyoroti, kenapa investasi di Indonesia tumbuh
              lambat. Menurutnya, karena banyak sekali masalah yang harus dibenahi, seperti perizinan usaha
              atau investasi, pembebasan lahan, ketenagakerjaan, isu lingkungan, koordinasi pusat-daerah,
              inkonsistensi pejabat pemerintah, dan banyak hal lainnya.

              Rentetan  persoalan  itulah,  yang  menjadikan  alasan  utama  pemerintahan  Jokowi  begitu
              bersemangat untuk melanjutkan pembahasan Omnibus Law UU Cipta Kerja. pembahasan ini,
              jelas dia, tidak bisa dilakukan secara parsial karena kebutuhannya begitu mendesak dan harus
              dilaksanakan secara serentak. (art).













                                                           291
   287   288   289   290   291   292   293   294   295   296   297