Page 287 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 17 DESEMBER 2020
P. 287

Piter  juga  menjelaskan,  dalam  UU  Cipta  Kerja,  pesangon  pekerja  yang  kena  PHK  memang
              dikurangi, tapi tidak merugikan bagi pekerja. Kenapa tidak merugikan? karena dibalik penurunan
              ini, ada kepastian bahwa itu akan terbayarkan.

              Menurutnya, mana yang lebih menguntungkan, dikasih iming-iming pesangon 32 kali tapi tidak
              bibayar atau pesangon 25 kali tapi pasti terbayar. "Saya pasti milih yang 25 kali," tegasnya.

              Kenapa ini pasti akan dibayar, tegas Piter, karena klausulnya tidak lagi menjadi perdata, tapi
              pidana. Artinya, kalau perusahaan tidak membayar pesangon maka dia terkena kasus pidana
              dan bisa dipidanakan. Dia juga menjelaskan perbedaan antara perdata dan pidana.

              Menurutnya,kalau  perdata  persoalannya  bisa  panjang  dan  bebannya  ada  di  pekerja.  Kalau
              perusahaannya  tetap  tidak  bersedia  membayar,  maka  pihak  pekerja  harus  menuntut  dan
              biayanya ada pada pihak penuntut.

              "Tapi kalau itu pidana, maka pengusaha berhadapan dengan negara. Artinya, negara ada di
              depan  para  pekerja,  melindungi  pekerja,  berhadapan  dengan  para  pengusaha.  Bagaimana
              mungkin kita mengatakan pemerintah tidak berpihak pada pekerja, ini kan jelas-jelas negara
              berpihak  kepada  pekerja.  Dalam  hal  pesangon  jumlahnya  memang  turun  tapi  diberikan
              kepastian," jelasnya.

              UU Cipta Kerja juga melindungi pekerja dalam kontek PHK. Dalam Pasal 151 UU Cipta Kerja
              disebutkan, perusahaan pekerja, serikat pekerja, dan pemerintah harus mengupayakan tidak
              terjadi PHK.

              Dana kalaupun terjadi PHK dan pekerja menolak, maka harus dilakukan perundingan bipartit.
              Jika  belum  mencapai  kesepakatan  maka  harus dilakukan  dengan  penyelesaikan  perselisihan
              hubungan industri. Artinya, Ini jelas sekali tidak ada ruang pengusaha untuk melakukan tindakan
              sewenang-wenang kepada pekerja.

              Dalam Pasal 153 disebutkan bahwa perusahaan dilarang melakukan PHK karena pekerja sakit
              selama  tidak  lebih  12  bulan,  menjalankan  ibadah,  menikah,  hamil,  melahirkan  atau  gugur
              kandungan, dan beberapa hal lainnya. Ini merupakan bukti jika pemerintah melindungi pekerja.

              "UU Ciptaker adalah UU yang sangat baik. UU ini memang belum sempurna tapi pemerintah
              sudah  memberikan  kesempatan  untuk  memberikan  masukan.  Masih  ada  proses  yang  masih
              berjalan, pembahasan turunan UU," pungkasnya.






























                                                           286
   282   283   284   285   286   287   288   289   290   291   292