Page 306 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 17 DESEMBER 2020
P. 306

CORE: UU CIPTA KERJA MELINDUNGI CALON PEKERJA DAN PEKERJA

              -  Direktur  Riset  Center  of  Reform  on  Economics  (CORE)  Indonesia  Piter  Abdullah  Redjalam
              menilai UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja bertujuan melindungi calon pekerja dan
              pekerja.

              "Bicara UU Cipta Kerja tidak bisa terlepas dari perspektif pekerja dan calon pekerja. Artinya, UU
              Cipta Kerja jelas ada perspektif yang ditujukan untuk melindungi pekerja dan calon pekerja, baik
              dalam  jangka  pendek  maupun  jangka  panjang,"  ujar  Piter  dalam  keterangan  tertulis  yang
              diterima di Jakarta, Rabu.

              Menurut dia, UU Cipta kerja ini adalah perspektif calon pekerja, itu utamanya. Karena dia akan
              menciptakan investasi dan menciptakan lapangan kerja. Yang akan mengakomodasi kebutuhan
              calon pekerja, bukan pekerja. Setiap tahun berapa calon pekerja yang muncul, mereka harus
              disiapkan pekerjaan-pekerjaan baru.

              Dalam UU Cipta Kerja, pesangon pekerja yang kena PHK memang dikurangi, tapi tidak merugikan
              bagi pekerja. Kenapa tidak merugikan? karena dibalik penurunan ini, ada kepastian bahwa itu
              akan terbayarkan.

              "Mana yang lebih menguntungkan, dikasih iming-iming pesangon 32 kali tapi tidak dibayar atau
              pesangon 25 kali tapi pasti terbayar. Saya pasti milih yang 25 kali," kata pengamat ekonomi
              tersebut.

              Kenapa ini pasti akan dibayar, lanjut Piter, karena klausulnya tidak lagi menjadi perdata, tapi
              pidana. Artinya, kalau perusahaan tidak membayar pesangon maka dia terkena kasus pidana
              dan bisa dipidanakan.

              Dia juga menjelaskan perbedaan antara perdata dan pidana. Kalau perdata persoalannya bisa
              panjang dan bebannya ada di pekerja. Kalau perusahaannya tetap tidak bersedia membayar,
              maka pihak pekerja harus menuntut dan biayanya ada pada pihak penuntut.

              "Tapi kalau itu pidana, maka pengusaha berhadapan dengan negara. Artinya, negara ada di
              depan  para  pekerja,  melindungi  pekerja,  berhadapan  dengan  para  pengusaha.  Bagaimana
              mungkin kita mengatakan pemerintah tidak berpihak pada pekerja, ini kan jelas-jelas negara
              berpihak  kepada  pekerja.  Dalam  hal  pesangon  jumlahnya  memang  turun  tapi  diberikan
              kepastian," kata Piter.

              UU Cipta Kerja juga melindungi pekerja dalam konteks PHK. Dalam Pasal 151 UU Cipta Kerja
              disebutkan, perusahaan pekerja, serikat pekerja, dan pemerintah harus mengupayakan tidak
              terjadi PHK. Dana kalaupun terjadi PHK dan pekerja menolak, maka harus dilakukan perundingan
              bipartit.

              Jika belum mencapai kesepakatan maka harus dilakukan dengan menyelesaikan perselisihan
              hubungan industri. Artinya, Ini jelas sekali tidak ada ruang pengusaha untuk melakukan tindakan
              sewenang-wenang kepada pekerja.

              Dalam Pasal 153 disebutkan bahwa perusahaan dilarang melakukan PHK karena pekerja sakit
              selama  tidak  lebih  12  bulan,  menjalankan  ibadah,  menikah,  hamil,  melahirkan  atau  gugur
              kandungan, dan beberapa hal lainnya. Ini merupakan bukti jika pemerintah melindungi pekerja.

              "UU Ciptaker adalah UU yang sangat baik. UU ini memang belum sempurna tapi pemerintah
              sudah  memberikan  kesempatan  untuk  memberikan  masukan.  Masih  ada  proses  yang  masih
              berjalan, pembahasan turunan UU," ujar Direktur Riset CORE Indonesia tersebut.



                                                           305
   301   302   303   304   305   306   307   308   309   310   311