Page 329 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 17 DESEMBER 2020
P. 329

dan menciptakan lapangan pekerjaan yang akan mengakomodasi kebutuhan calon pekerja dan
              pekerja.


              EKONOM: UU CIPTA KERJA AKOMODIR KEBUTUHAN CALON PEKERJA DAN PEKERJA

              Direktur  Riset  Center  of  Reform  on  Economics  (CORE)  Indonesia  Piter  Abdullah  Redjalam
              meyakini, tujuan pemerintahan Jokowi melahirkan Undang-undang (UU) No. 11 Tahun 2020
              tentang Cipta Kerja (Ciptaker) untuk meningkatkan investasi, mendorong pertumbuhan ekonomi,
              dan menciptakan lapangan pekerjaan yang akan mengakomodasi kebutuhan calon pekerja dan
              pekerja.

              "Mengapa  pemerintah  mengeluarkan  UU  Cipta  Kerja?  Indonesia  butuh  investasi  sebanyak-
              banyaknya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Meningkatnya investasi
              ini  juga  akan  memperbaiki  kondisi  dunia  usaha.  Jika  dunia  usaha  membaik,  maka  akan
              memberikan manfaat bagi calon pekerja dan pekerja," kata Piter Abdullah dalam Webinar UU
              Cipta Kerja, Selasa (15/12).

              Menurut dia, saat ini Indonesia sedang berada di puncak bonus demografi. Untuk memanfaatkan
              bonus demografi, ekonomi Indonesia harus tumbuh rata-rata 8% setiap tahun. Sebab, kalau
              pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa tumbuh dengan sedemikian tinggi, maka tidak bisa
              disebut bonus demografi, melainkan bencana demografi.

              Berdasarkan data, Indonesia mengalami peningkatan angkatan kerja sebanyak 3 juta per tahun.
              Jika dengan pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 5%, dimana dari setiap 1% ekonomi hanya
              bisa menyerap pertumbuhan 250 ribu angkatan kerja baru maka hanya bisa menyerap sekitar
              1.250.000 angkatan kerja baru. Hal itu berarti masih ada sekitar 1.750.000 masyarakat Indonesia
              yang baru lulus kuliah dan lulus SMK yang termasuk angkatan tenaga kerja baru yang tidak akan
              terserap.
              "UU Cipta kerja ini adalah perspektif calon pekerja, itu utamanya. Karena dia akan menciptakan
              investasi dan menciptakan lapangan kerja. Yang akan mengakomodasi kebutuhan calon pekerja,
              bukan  pekerja.  Setiap  tahun  berapa  calon  pekerja  yang  muncul,  mereka  harus  disiapkan
              pekerjaan-pekerjaan baru," papar dia.
              Piter juga menampik jika UU Cipta Kerja dianggap merugikan pekerja. Menurut dia, jika bicara
              UU Cipta Kerja tidak bisa terlepas dari perspektif pekerja dan calon pekerja. Artinya, UU Cipta
              Kerja jelas ada perspektif yang ditujukan untuk melindungi pekerja dan calon pekerja, baik dalam
              jangka pendek maupun jangka panjang.

              Dia menjelaskan, dalam UU Cipta Kerja, pesangon pekerja yang kena PHK memang dikurangi,
              tapi  tidak  merugikan  bagi  pekerja.  Pasalnya,  dibalik  penurunan  ini,  ada  kepastian  bahwa
              pesangon  itu  akan  terbayarkan  karena  klausulnya  tidak  lagi  menjadi  perdata,  tapi  pidana.
              Artinya, jika perusahaan tidak membayar pesangon maka dia terkena kasus pidana dan bisa
              dipidanakan.

              "Dengan klausul pidana, maka pengusaha berhadapan dengan negara. Artinya, negara ada di
              depan  para  pekerja,  melindungi  pekerja,  berhadapan  dengan  para  pengusaha.  Bagaimana
              mungkin kita mengatakan pemerintah tidak berpihak pada pekerja, ini kan jelas-jelas negara
              berpihak  kepada  pekerja.  Dalam  hal  pesangon  jumlahnya  memang  turun  tapi  diberikan
              kepastian," kata Piter.

              UU Cipta Kerja, tambah Piter, juga melindungi pekerja dalam kontek PHK. Dalam Pasal 151 UU
              Cipta  Kerja  disebutkan,  perusahaan  pekerja,  serikat  pekerja,  dan  pemerintah  harus
              mengupayakan tidak terjadi PHK.
                                                           328
   324   325   326   327   328   329   330   331   332   333   334