Page 54 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 1 MARET 2021
P. 54

"Jadi kalau kita lihat 16 persen anak muda berusia 25 tahun. Kemudian 44 persen SMA ke atas
              dan 55 persen lokasinya ada di perkotaan. Sekali lagi mereka ini 90 persen belum mengikuti
              pelatihan bersertifikat," jelas Puspa.

              Puspa menambahkan, pelatihan bersertifikat sangat dibutuhkan agar mampu bersaing di dunia
              kerja. Hal ini juga merupakan suatu keunggulan karena bisa menunjukkan keunggulan yang
              dimiliki.

              "Kalau kita bayangkan kita lulusan SMA atau lulusan S1 maka bekal memasuki lapangan kerja
              adalah  jasa.  Kalau  punya  sertifikat  ini  bisa  menjadi  keunggulan  karena  bisa  menunjukkan
              keahlian spesifik yang teman-teman coba dapatkan," tandasnya.

              Kemnaker  dan  BNSP  Sepakati  Standar  Sertifikasi  Pelatihan  Kerja  di  BLK  Kementerian
              Ketenagakerjaan  melalui  Direktorat  Jenderal  Binalattas  Kemnaker  RI  dan  Badan  Nasional
              Sertifikasi Profesi (BNSP) menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang Skema Sertifikasi
              Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) type 2 atau P2 di Balai Latihan Kerja (BLK).
              Kesepakatan ini menandakan Kemnaker dan BNSP memiliki komitmen  terkait skema standar
              pelaksanaan pelatihan dan sertifikasi di BLK. Hal ini dilakukan dalam upaya menyamakan standar
              skema pelaksanaan pelatihan kerja di seluruh Indonesia.

              "Saya gembira sekarang sudah ada penetapan skema sertifikasi. Dengan adanya kesepakatan
              bersama ini, kita berkomitmen memberikan jaminan pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan BLK
              akan mempunyai standar yang sama yaitu standar yang dibutuhkan dunia kerja," kata Dirjen
              Binalatas Kemnaker, Bambang Satrio Lelono, di Kantor BNSP, Jakarta, pada Kamis (25/6).

              Terkait  dengan  kondisi  pandemi  Covid-19,  Dirjen  Bambang  mengemukakan  bahwa  pihaknya
              tidak hanya mengembangkan program-program pelatihan secara offline, tetapi juga online.

              "Ini  saya  harapkan  skema  pelatihan  secara  online  ini  juga  nanti  diikuti  oleh  LSP.  Jadi  kalau
              pelatihan  di  BLK  nanti  online,  sertifikasinya  juga  online.  Ini  akan  memudahkan  kita  dalam
              melakukan tugas-tugas pelatihan dan sertifikasi secara masif," katanya.

              Sementara  Kepala  BNSP,  Kunjung  Masehat,  mengatakan,  dengan  adanya  kesepakatan  ini,
              diharapkan skema pelaksanaan pelatihan di semua daerah dilakukan secara sama. Pelatihan
              otomotif  sepeda  di  Papua  dan  Aceh,  misalnya,  maka  dilakukan  dengan  skema  pelaksanaan
              pelatihan yang sama.

              "Dengan  penandatangan  ini,  nantinya  skema  pelatihan  di  semua  daerah  sama,  dan  dengan
              menggunakan  tiga  pendekatan.  Bisa  dengan  pendekatan  KKNI,  okupasi,  atau  berupa
              pendekatan klaster. Kalau selama ini ada standar, tapi dalam pelaksanaannya berbeda. Saya
              harap setelah ini tidak akan lagi terjadi perbedaan skema pelatihan," terang Kunjung.

              Menurutnya,  sertifikasi  yang  diberikan  oleh  pihaknya  merupakan  proses  akhir  dari  sebuah
              pengakuan. Oleh karena itu, BNSP melalui LSP menjamin terhadap kualitas pelaksanaan sejak
              pelatihan  sampai  selesai,  yakni  saat  melakukan  skema  dan  sertifikasi.  Pelaksanaan
              penandatanganan nota kesepahaman ini disaksikan oleh 30 Kepala BLK dan Ketua LSP P2 BLK
              secara virtual.

              [bim].








                                                           53
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59