Page 85 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 DESEMBER 2021
P. 85

Selain  itu,  Hariyadi  juga  meminta  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemenaker)  agar  memberi
              sanksi  kepada  Gubernur  DKI  Jakarta.  Hariyadi  menilai,  Anies  telah  melawan  hukum  soal
              pengupahan dengan merevisi kenaikan upah minimum provinsi (UMP) 2022 DKI Jakarta menjadi
              5,1 persen dari sebelumnya 0,85 persen. "Karena hal itu berpotensi menimbulkan iklim tidak
              kondusif," tegasnya.

              Dia  menambahkan,  dengan  adanya  revisi  dari  Anies  itu,  upaya  untuk  mengimplementasikan
              jaring pengaman sosial (JPS) bagi pekerja pemula tanpa pengalaman sulit dilakukan. Khususnya,
              ketika struktur skala upah di DKI semakin tidak jelas dengan JPS yang terabaikan. "Karenanya,
              kami meminta Kemenaker untuk memberikan sanksi kepada Kepala Daerah yang telah melawan
              hukum regulasi," jelasnya.

              Tak  hanya  itu,  Apindo  juga  meminta  kepada  Menteri  Dalam  Negeri  untuk  memberikan
              pembinaan  dan  sanksi  kepada  kepala  daerah  yang  melanggar,  termasuk  Anies.  Utamanya,
              karena telah melemahkan sistem pemerintahan.  "Sebagaimana amanat UU No.23 Tahun 2014
              pasal  272,  Pemerintah  Pusat  melakukan  pembinaan  dan  pengawasan  terhadap  Pemerintah
              Daerah," ucap Heriyadi.
              Lebih jauh, dengan adanya keputusan Anies untuk merevisi besaran nilai UMP pada 2022, pihak
              Apindo, juga mengimbau perusahaan di Jakarta untuk mengabaikannya. Hal itu, kata dia sembari
              menunggu keputusan PTUN yang berkekuatan hukum tetap. "Namun, tetap mengikuti Kepgub
              DKI Jakarta No. 1395 Tahun 2021 pada 19 November lalu, di mana kenaikan UMP 0,85 persen,"
              katanya.

              Menanggapi  desakan  dari  kalangan  pengusaha,  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemenaker)
              akan berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk memastikan apakah
              Anies Baswedan telah melanggar aturan atau tidak terkait revisi kenaikan UMP DKI Jakarta 2022.
              "Pada  prinsipnya,  kami  akan  mengkoordinasikan  hal-hal  yang  bertentang  dengan  kebijakan
              dengan Kemendagri," kata Kepala Biro Humas Kemenaker Chairul Fadhly Harahap ketika ditanya
              sanksi untuk Anies.

              Sanksi  terhadap  Anies,  kata  dia,  akan  diberikan  oleh  Kemendagri.  Sebab,  semua  hal  yang
              menyangkut  pemerintah  daerah  berada  di  bawah  kewenangan  Kemendagri.  Adapun  bentuk
              sanksinya sudah diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

              UU Nomor 23 Tahun 2014 mengatur bahwa gubernur yang tak menjalankan program strategis
              nasional  dapat  dijatuhi  sanksi  berupa  teguran  tertulis,  pemberhentian  sementara,  dan
              pemberhentian permanen.

              Chairul  menjelaskan,  penetapan  UMP  2022  memang  merupakan  program  strategis  nasional.
              Dalam prosesnya, penetapan UMP 2022 harus mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
              36 tahun 2021 tentang Pengupahan.

              Menurut Chairul, Gubernur Anies telah melanggar PP tersebut dalam menetapkan UMP DKI 2022.
              Untuk diketahui, jika mengacu pada formula dalam PP 36, UMP DKI hanya naik 0,85 persen,
              bukan 5,1 persen. "Dalam pelaksanaanya dia (Anies) mungkin tidak sesuai dengan PP 36," kata
              Chairul kepada Republika.co.id, Ahad (20/12).

              Seperti  diketahui,  Pada  Sabtu,  18  Desember,  Anies  memutuskan  untuk  mengubah  besaran
              kenaikan UMP 2022 sebesar 5,1 persen atau Rp 225.667. Sehingga besaran UMP 2022 menjadi
              Rp 4.641.854.

              Terjadi kenaikan upah yang cukup signifikan dibanding keputusan Anies sebelumnya. Pada 22
              November, Anies menetapkan kenaikan UMP 2022 sebesar 0,85 persen atau Rp 37.748 saja.
              Kenaikkan sebesar 0,85 persen inilah yang sesuai dengan formula PP 36.

                                                           84
   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90