Page 148 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 OKTOBER 2020
P. 148

Wakil  Ketua  Dewan  Pengupahan  Nasional  (Depenas)  Adi  Mahfudz  mengatakan  UMP  2021
              diusulkan minimal sama dengan 2020. Sementara, untuk perusahaan terdampak COVID-19 akan
              menyesuaikan melalui perundingan bipartit antara pengusaha dan buruh.



              BESARAN UMP 2021 MUNGKIN TAK NAIK, BEGINI REAKSI BURUH DI JABAR

              Besaran upah minimum provinsi (UMP) tahun 2021 kemungkinan tidak akan naik pada 2021
              mendatang.  Wacana  itu  mengemuka  dalam  dialog  Dewan  Pengupahan  Nasional,  provinsi,
              kabupaten/kota yang berlangsung selama tiga hari, tepatnya 15-17 Oktober 2020.

              Wakil  Ketua  Dewan  Pengupahan  Nasional  (Depenas)  Adi  Mahfudz  mengatakan  UMP  2021
              diusulkan minimal sama dengan 2020. Sementara, untuk perusahaan terdampak COVID-19 akan
              menyesuaikan melalui perundingan bipartit antara pengusaha dan buruh.
              Jika sudah sesuai dalam negosiasi bipartit, maka bisa saja UMP 2021 lebih rendah dari 2020.
              "Upah minimum untuk perusahaan yang terdampak COVID dirundingkan secara bipartit. Kalau
              sudah  sesuai  bipartit  bisa  lebih  rendah,  bisa  kurang,  bisa  tinggi  karena  disesuaikan  dengan
              kemampuan perusahaan. Kalau sesuai perusahaan secara otomatis tentu berkurang gajinya,"
              kata Adi.

              Merespons wacana itu, Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Jawa Barat
              Roy Jinto menegaskan akan menolaknya. "Kita menolak tidak ada kenaikan upah tahun 2021,
              jangankan turun, enggak naik pasti kita menolak," ujar Roy saat dihubungi, Senin (19/10/2020).

              Roy mengatakan serikat akan melakukan langkah-langkah untuk memperjuangkan agar UMP
              2021 bisa naik dan tak mengalami penurunan besaran. "Aksi tetap (akan dilakukan), tapi kajian
              tetap dilakukan. Karena ada Permenaker. Tidak boleh bayar upah di bawah upah minimum,"
              kata Roy.

              Sebelumnya,  Adi  yang  juga  Wakil  Sekretaris  Jenderal  Dewan  Pengupahan  Nasional  (DPN)
              Asosiasi  Pengusaha  Indonesia  (Apindo)  menyebut,  pandemi  membuat  kondisi  ekonomi  tidak
              memungkinkan  untuk  menaikkan  upah  minimum.  "Karena  kondisi  ekonomi  yang  saat  ini
              memang  tidak  memungkinkan.  Kita  juga  sesuaikan  dengan  kekuatan  pengusaha  itu  sendiri
              karena kita sebetulnya saling tahu satu dengan yang lainnya," ujar Adi.

              Jika  dipaksakan  UMP  2021  naik  di  tengah  kondisi  pandemi,  disebut  akan  semakin  banyak
              pegawai yang dirumahkan bahkan hingga dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). "Sangat
              bahaya, yang kita tekankan justru dari pencari kerjanya. Pengangguran semakin banyak, PHK
              juga semakin banyak, begitu juga yang dirumahkan. Ini jangan sampai terjadi berlarut-larut, jadi
              kami merekomendasikan UMP di 2021 minimal sama dengan UMP di 2020," tutur Adi.

              Meski  begitu,  keputusan  itu  belum  diketok  final.  Terkait  UMP  2021  naik  atau  tidak,  akan
              diputuskan oleh Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah.

              Direktur Pengupahan Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial
              Tenaga  Kerja  (PHI  JSK)  Dinar  Titus  Jogaswitani  mengatakan  kemungkinan  keputusan  akan
              ditetapkan minggu depan. "Masih kami bahas. Sabar ya menunggu. Semoga (selesai) minggu
              depan," kata Dinar.








                                                           147
   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152   153