Page 971 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 AGUSTUS 2020
P. 971

SUBSIDI UPAH DISOROT, KOMISI IX: TAK ADIL, BANYAK GURU HONORER
              BERGAJI DIBAWAH RP1 JUTA, MEREKA LEBIH BERHAK DAPAT BANTUAN
              -  Jakarta,  Pemerintah  melalui  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemenaker)  mengeluarkan
              Peraturan  Menteri  Ketenagakerjaan  (Permenaker)  Nomor  14  Tahun  2020  tentang  Pedoman
              Pemberian  Bantuan  Pemerintah  Berupa  Subsidi  Gaji/Upah  Bagi  Pekerja/Buruh  Dalam
              Penanganan Dampak Covid-19.

              Hal ini dianggap sebagai salah satu upaya penanganan dampak Covid-19 di sektor tenaga kerja.

              Adapun syarat bagi calon penerima Bantuan Subsidi Upah (BSU) yang diatur dalam Permenaker
              Nomor 14/2020 menjadi perhatian serius di Komisi IX DPR RI. Pasalnya, hanya mereka yang
              menjadi peserta BP Jamsostek dan bergaji di bawah lima juta rupiah yang akan menerima subsidi
              dari Pemerintah.

              Padahal menurut Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Sri Rahayu, terdapat banyak Guru Honorer dan
              Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang setiap bulannya mendapatkan upah tidak lebih dari satu juta
              rupiah, bahkan tidak sedikit yang hanya mendapat upah hanya Rp 200 - Rp 300 ribu per bulan
              "Dalam  ketentuan  yang  ada,  mereka  yang  berhak  mendapatkan  BSU  adalah  peserta  BP
              Jamsostek  yang  gajinya  di  bawah  Rp  5  juta,  pasti  perusahaan-perusahaan  gede  yang  akan
              mendapatkan. Bukan saya tidak suka. mereka mendapatkan bantuan, tapi ada yang lebih berhak
              mendapatkan subsidi itu seperti guru honorer dan PTT yang gajinya bahkan di bawah satu juta
              rupiah," ungkap Sri Rahayu saat rapat kerja dengan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah dan
              Dirut BP Jamsostek di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (26/8/2020).

              Untuk itu, Komisi IX DPR RI meminta Pemerintah lebih memperhatikan dan mencari solusi untuk
              pekerja yang tidak menjadi anggota BP Jamsostek, pekerja bukan penerima upah yang belum
              mendapatkan bantuan sosial dengan memperhatikan prinsip keadilan.

              "Karena  ini  program  mendadak  yang  muncul  karena  pandemik  Covid-19,  maka  kami  minta
              pemerintah  melakukan  diskusi  mendalam  sehingga  mereka  (bukan  peserta  BP  Jamsostek,
              pekerja  bukan  penerima  upah)  yang  belum  mendapatkan kesejahteraan  yang  memadai  bisa
              mendapatkan BLT dari pemerintah ini," ujar politisi PDI Perjuangan itu.

              Hal senada juga diungkapkan Anggota Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay. Ia menilai,
              masih  banyak  masyarakat  yang  bukan  peserta  BP  Jamsostek  namun  sangat  membutuhkan
              bantuan  tersebut.  Misalnya  guru  honorer  di  daerah-daerah  terpencil  hingga  para  pekerja
              informal.

              "Mengacu pada data BPS, pekerja informal ada 70,49 juta orang. Sementara ini bantuan yang
              ada hanya untuk 15,7 juta orang dengan syarat gaji di bawah Rp 5 juta. Klasifikasi seperti ini
              kan tidak ada, tolong rakyat yang lain diperhatikan. Jangan sampai kita fokus pada sebagian
              kelompok dan menafikan kelompok lainnya. Adil itu artinya menyertakan warga negara sehingga
              kita bisa kelola negara ini dengan baik dan keuangannya tepat sasaran," tegasnya.

              Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan telah menerima pesan yang
              ingin disampaikan oleh Komisi IX DPR dan berterima kasih untuk saran dan tanggapan atas
              program bantuan upah.

              "Kami menerima message-nya dan harus segera dicarikan jalan keluarnya," katanya.

              Asal tau saja, Presiden Joko Widodo (Jokowi) direncanakan akan merilis secara simbolik program
              BSU pada Kamis, (27/8/2020).





                                                           970
   966   967   968   969   970   971   972   973   974   975   976