Page 168 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 MARET 2021
P. 168

Ringkasan

              Unrealized loss pada portfolio investasi saham BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) berbeda
              dengan kasus kerugian Jiwasraya. Unrealized loss BPJS TK adalah wajar sebagai risiko
              wajar dari investasi saham di pasar modal, dan bisa kembali untung saat pasar kembali

              ke level sebelum pandemi Covid-19.



              BEDA DENGAN JIWASRAYA, INVESTASI BP JAMSOSTEK DINILAI SESUAI
              KAIDAH


              JAKARTA,  -  Fenomena  unrealized  loss  a  tau  kerugian  tidak  wajar  pada  kasus  BPJS
              Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek sempat menjadi polemik, usai Kejaksaan Agung
              melakukan penyelidikan terhadap badan penyelenggara jaminan sosial itu.

              Profesor Keuangan Investasi IPMI International Business School, Roy Sembel menyebut,
              kasus BP Jamsostek terkesan dipaksakan, seolah sama dengan kerugian dalam kasus
              Jiwasraya.

              Padahal kata dia, berdasarkan hasil kajian menunjukkan proses investasi portofolio BP

              Jamsostek  sudah  prudent  dan  sesuai  kaidah-kaidah  investasi.  Alokasi  aset  telah
              memperhatikan aspek pengelolaan resiko yang relatif baik.

              "Secara garis besar, investasi dimulai dengan strategi mengalokasikan dana investasi ke
              dalam beberapa kelas aset sesuai tujuan investasi, saham, reksadana, deposito, obligasi
              dan bahkan properti serta penyertaan langsung," kata Sembel dalam keterangan tertulis,
              Jumat (12/3/2021).


              Sembel mengungkap BP Jamsostek sudah melakukan strategi pemilihan sekuritas yang
              cocok  dengan  tujuan  investasi  dalam  masing-masing  kelas  aset.  Pemilihan  manager
              investasi ini relatif ketat sebab syaratnya harus memiliki dana kelolaan minimal Rp 1,5
              triliun.

              Lebih jauh dia memaparkan, data portofolio saham BP Jamsostek diinvestasikan pada
              saham-saham LQ-45, yang dominan terdiri dari saham-saham berkapitalisasi pasar besar
              dan relatif likuid.


              "Kerugian yang terjadi (yang masih belum direalisasikan atau disebut unrealized loss)
              masih  sejalan  dengan  perkembangan  pasar  saham  Indonesia.  Hal  itu  tercermin  dari
              pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terdampak krisis pandemi dan
              resesi ekonomi," ucap dia.

              Menurut  Sembel,  unrealized  loss  pada  BP  Jamsostek  naik  turun  sesuai  dengan  naik
              turunnya  IHSG.  Saat  IHSG  di  level  5.979  pada  31  Desember  2020,  unrealized  loss
              mencapai Rp 22,308 triliun.



                                                           167
   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173