Page 48 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 JANUARI 2021
P. 48

neutral - Moeldoko (Kepala Staf Kepresidenan) Kami diberitahu oleh Presiden bahwa komunikasi
              publik kita sungguh sangat jelek. Untuk itu, ini masukan dari luar maupun teguran dari presiden
              kita segera berbenah diri untuk perbaikan ke depan lebih baik

              negative - Asfinawati (Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia ' (YLBHI)) Ada lebih
              dari  itu.  Secara  substansi  dia  akan  mengambil hak-hak  rakyat.  Nah  substansi  itu  yang  tidak
              didengar

              negative  -  Mahfud  MD  (Menteri  Koordinator  Bidang  Politik  Hukum  dan  Keamanan  Republik
              Indonesia)  Tepatnya  tidak  ada  ada  satu  pemerintah  di  dunia  yang  mau  menyengsarakan
              rakyatnya dengan membuat undang-undang yang sengaja



              Ringkasan
              Pemerintah menuding pemrotes UU Ciptaker termakan hoaks tanpa pernah menjawab tuntutan
              buruh, akademisi, aktivis, dan rakyat Indonesia.

              Pada 5 Oktober 2020 DPR dan pemerintah resmi mengesahkan RUU Cipta Kerja Omnibus Law.
              Protes dari berbagai kalangan sebelum RUU itu disahkan seperti diabaikan begitu saja. Selepas
              palu diketuk, protes pun semakin besar dan masif.

              Sayangnya,  di  tengah  klarifikasi  dan  tuduhan  itu,  pemerintah  dan  DPR  tidak  menjawab  hal
              substansial yang benar-benar menjadi masalah dalam UU tersebut.



              BURUK UU, DEMONSTRAN DIBELAH: TUDUHAN HOAKS UNTUK PEMROTES
              CIPTAKER

              Pemerintah menuding pemrotes UU Ciptaker termakan hoaks tanpa pernah menjawab tuntutan
              buruh, akademisi, aktivis, dan rakyat Indonesia.

              Pada 5 Oktober 2020 DPR dan pemerintah resmi mengesahkan RUU Cipta Kerja Omnibus Law.
              Protes dari berbagai kalangan sebelum RUU itu disahkan seperti diabaikan begitu saja. Selepas
              palu diketuk, protes pun semakin besar dan masif.

              Setelah  itu  pemerintah  sibuk  mengklarifikasi  ke  sana  ke  mari  perihal  isi  dan  substansi  UU
              Ciptaker. Bahkan, seperti melaksanakan pepatah lama Melayu "buruk muka cermin dibelah",
              pemerintah  juga  menganggap  bahwa  para  demonstran  penolak  UU  ini  telah  termakan  oleh
              hoaks. Sayangnya, di tengah klarifikasi dan tuduhan itu, pemerintah dan DPR tidak menjawab
              hal substansial yang benar-benar menjadi masalah dalam UU tersebut.

              Masalah hoaks ini, menurut penyelidikan polisi, mulanya tersebar dari akun Twitter @videlyae.
              Sejak saat itu hingga sekarang, akun tersebut hanya bisa diakses secara terbatas karena dikunci.
              Pengikutnya  di  Twitter  hanya  453  akun.  Ada  12  poin  yang  diunggah  @videlyae  dan  polisi
              menganggapnya  sebagai  hoaks.  Sebenarnya  banyak  orang  tidak  mengetahui  12  poin  yang
              disebarkan oleh @videlyae tersebut.

              Namun klarifikasi dari akun-akun resmi lembaga pemerintah dan pendukung pemerintah justru
              lebih  masif.  Pada  5  Oktober  2020,  misalnya,  penulis  Seword  Alifurrahman,  yang  merupakan
              simpatisan Joko Widodo, mengunggah tulisan yang menyebut "terkait omnibus law, belakangan
              ini beredar 12 poin yang dianggap menyengsarakan rakyat." Tulisan Alif menyebar ke berbagai
              pendukung Jokowi, pemerintah, DPR, dan anggota DPR lainnya dengan sedikit polesan. Pada 6
              Oktober, giliran situs tentangomnibus.id yang menyebarkan klarifikasi yang sangat mirip dengan
              tulisan Alif.
                                                           47
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53