Page 34 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 SEPTEMBER 2020
P. 34

RUU CIPTAKER DISAHKAN PEKAN DEPAN

              JAKARTA  ---  Anggota  Badan  Legislasi  (Baleg)  DPR,  Firman  Soebagyo,  mengatakan,  klaster
              ketenagakerjaan  dalam  Rancangan  Undang-UndangCipta  Kerja  (RUU  Ciptaker)  telah  selesai
              dibahas. RUU ini rampung dan direncanakan akan disahkan pada penghujung masa sidang V
              DPR tahun 2020-2021 atau 8 Oktober mendatang. "Diagendakan pada masa sidang terakhir,
              insya Allah (8 Oktober disahkan--- Red)," ujar Firman saat dikonfirmasi, Selasa (29/9).

              Klaster ketenagakerjaan yang selama ini menjadi polemik, telah selesai dibahas pada akhir pekan
              lalu di sebuah hotel. Namun, hal ini menuai protes dari berbagai pihak. Dalam rapat tersebut,
              pemerintah dan DPR menyepakati adanya skema Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) dalam
              pembayaran  pesangon.  Anggota  Baleg  Fraksi  PKS  Mulyanto  menyatakan  masih  menolak
              kebijakan JKP dalam RUU Cipta Kerja. Aturan itu dinilainya hanya menguntungkan pengusaha.
              Program ini dinilai tak memberi manfaat bagi kelompok pekerja.

              Sebab, menurut dia, JKP hanya bermanfaat bagi pihak pengusaha karena akan mendapat subsidi
              pesangon  untuk  pekerja  yang  terkena  PHK  sebanyak  sembilan  kali  gaji.  Dengan  begitu,
              pengusaha  cukup  membayar  23  kali  gaji  saja.  "Dalam  kondisi  fiskal  APBN  yang  lemah  dan
              ancaman resesi ekonomi yang menghantui, peraturan iniakan semakin menyulitkan keuangan
              negara dan terlalu menguntungkan pengusaha," ujar Mulyanto.

              Ketua Baleg DPR Supratman Andi At-gas mengatakan, pembahasan regulasi sapu jagat tersebut
              akan dilanjutkan di tingkat tim perumus (timus) dan tim sinkronisasi (timsin). "Pembahasan RUU
              baru masuk di tahap kedua setelah rapat kerja dan panja. Besok kita akan masuk di tahap ketiga
              yakni pembahasan timus dan timsin," kata dia.

              Supratman mengatakan, masih ada beberapa tahapan yang akan dilewati setelah pembahasan
              RUU Ciptaker di tingkat tim perumus dan tim sinkronisasi. Dia mengungkapkan, di antaranya
              rapat kerja antara baleg dan pemerintah untuk mengambil keputusan tingkat I terkait regulasi
              tersebut. "Dan yang terakhir pengambilan ke-putusan di tingkat dua di Paripurna yang akan
              datang," kata politikus Gerindra ini.
              Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Fonnappi), Lucius Karus, mengkritik Baleg
              DPR yang melanjutkan pembahasan RUU Ciptaker pada Sabtu dan Ahad di hotel. Menurut dia,
              pembahasan di hotel dengan alasan mati lampu di gedung parlemen tak masuk akal. Hal tersebut
              dinilai sebagai upaya untuk mematikan akses publik terhadap pembahasan RUU.
              "Saya kira pilihan rapat di hotel bukan karena alasan yang tampak lucu, yaitu mati lampu itu.
              Yang terjadi sesungguhnya, DPR sudah matikan akses publik dalam proses pembahasan RUU
              Cipta Kerja," ujar Lucius kepada Republika.

              Ia  melihat  Baleg  berusaha  menutup  aspirasi  penolakan  terhadap  RUU  Ciptaker,  khususnya
              klaster  ketenagakerjaan  yang  menuai  reaksi  negatif  dari  kelompok  buruh.  Di  sisi  lain,  DPR
              mengeklaim  RUU  sapu  jagat  itu  dibahas  terbuka.  "Seolah-olah  sengaja  tak  mau  menerima
              masukan dari publik. Pandemi seolah-olah berkah bagi mulusnya nafsu elite untuk mengesahkan
              cepat RUU Cipta Kerja ini," ujar Lucius. Alasan pemadaman listrik di parlemen juga ia anggap
              tak  masuk  akal.  Sebab,  lembaga  sebesar  DPR  harusnya  memiliki  fasilitas  pembangkit  listrik,
              seperti generator, untuk mengantisipasi kejadian seperti itu.

              DPR juga dinilai sok rajin karena membahas sebuah RUU di luar hari kerjanya dalam fungsi
              legislatif. Pembahasan RUU Ciptaker pada Sabtu dan Ahad, menurut dia, hanyalah upaya agar
              RUU ini dapat segera disahkan pada Oktober mendatang.

              ed: masalamilhuda



                                                           33
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39