Page 181 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 April 2021
P. 181

BERTEMU DISNAKERTRANS, KSPI MINTA PEMPROV JATENG SEGERA BENTUK
              SATGAS THR
              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Jawa Tengah, melakukan audiensi dengan Dinas
              Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Tengah, di kantor Disnakertrans
              Jateng, di Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Jum'at (16/4).

              Dalam audiensi tersebut, KSPI meminta Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Disnakertrans
              Jateng, untuk segera membentuk Satgas THR. Hal itu sesuai dengan SE Menteri Tenaga Kerja
              yang tertuang pada nomor M/6/HK.04/IV/2021.

              Audiensi tersebut menghadirkan anggota KSPI Jateng yang berasal dari FSPMI (Federasi Serikat
              pekerja Metal Indonesia), FSPKEP (Kimia, Industri dan Pertambangan), Farkes Reformasi dan
              FSPN (Serikat Pekerja Nasional).

              Kedatangan KSPI Jateng itu, diterima langsung oleh Kepala Disnakertrans Jateng, Ir. Sakina
              Roselasari, M.Si., M.Sc; Kabid Pengawasan, Mumpuniati, SH. MH; dan Kabid Hubungan Industrial
              Disnakertrans, Enik Nurhayatini, SH, M Hum.

              Sekretaris  KSPI  Jateng,  Aulia  Hakim  mengatakan,  Satgas  THR  terdiri  dari  tiga  unsur,  yaitu
              pemerintah,  buruh/pekerja  dan  pengusaha.  Fungsi  Satgas  THR,  lanjut  Aulia,  dibentuk  agar
              mengawasi perusahaan yang tidak mengikuti arahan berdasarkan SE.

              "Dibentuk  untuk  mengawasi  perusahaan,  yang tidak  mengikuti  arahan berdasarkan  SE  THR.
              Satgas  ini  juga  berfungsi  sebagai  pelayanan,  konsultasi  dan  penegakan  hukum  pelaksanaan
              pembayaran THR tahun 2021," kata Aulia Hakim saat audiensi dengan Kepala Disnakertrans
              Provinsi Jateng.

              Aulia menuturkan, pelaksanaan SE THR agar dapat berjalan dengan baik dan efektif yaitu harus
              memiliki penegakan hukum yang tegas.

              "Jika tidak ada penegasan dalam pelaksanaan SE dan pengawasan yang melekat serta mediasi
              aktif pemerintah. Kami khawatir pembayaran tunjangan hari raya keagamaan tahun ini akan sulit
              ditegakkan," ujarnya.

              Baginya, dialog Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit antara perusahaan yang terdampak pandemi
              sehingga pekerjanya bisa berujung kebuntuan dan memunculkan sengketa hubungan industrial
              baru.
              "Surat edaran yang diteken dan diumumkan pemerintah pada hari Senin, 12 April 2021 lalu.
              Menurut analisa kami, mengharuskan semua perusahaan, baik terdampak maupun tidak, untuk
              membayar THR secara utuh dan tepat waktu, sebelum hari raya Lebaran," tegasnya.

              Menurut Aulia, SE itu sudah diatur yang berbunyi THR wajib dibayarkan paling lambat tujuh hari
              sebelum  Lebaran  dan  khusus  perusahaan  yang  terdampak  pandemi,  harus  membuktikan
              ketidakmampuannya  dengan  cara  membuka  laporan  keuangan  internal  secara  transparan
              selama dua tahun terakhir ke pekerja/buruh dan melakukan dialog Bipartit.

              "Menurut kami, akan lebih fair apabila data yang disajikan berasal dari hasil audit akuntan publik.
              Tujuannya, agar lebih mempersempit ruang manipulasi data dari perusahaan-perusahaan yang
              selama ini diduga nakal. Khususnya di Jawa Tengah," imbuhnya.

              Aulia  juga  menjelaskan,  perusahaan  harus  melaporkan  hasil  dialog  Bipartitnya  ke  dinas
              ketenagakerjaan setempat sebelum tujuh hari Lebaran dan tentunya akan sangat erat kaitannya
              dengan  tugas  dan  kewenangan  Disnakertrans  di  tingkat  provinsi,  khususnya  bidang
              pengawasan.

                                                           180
   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186