Page 55 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 JULI 2021
P. 55

Alasannya, bantuan yang diberikan dirasa masih kurang. Menurutnya, PPKM dengan stimulus
              yang minim kepada masyarakat memberi dampak domino.
              “Angka  pekerja  yang  terdampak  pandemi  meningkat  karena  sebelumnya  BPS  [Badan  Pusat
              Statistik] laporkan 19 juta orang terdampak. Kalau orang menganggur, ya bisa jatuh di bawah
              garis kemiskinan,” katanya. Saat ini, Bhima menjelaskan pemerintah harus paralel menurunkan
              kasus  harian  penyebaran  Covid-19  hingga  angka  kematian.  PERLU  DIPERBESAR  Di  saat
              bersamaan, bantuan sosial harus diperbesar.

              Menurutnya, bantuan sosial tunai (BST) sebesar Rp300.000 dan subsidi upah Rp500.000 per
              bulan tidak cukup. Angka yang dianggap rasional adalah BST antara Rp1 juta sampai Rp1,5 juta
              dan bantuan upah Rp5 juta selama 3 bulan yang di dalamnya termasuk pekerja informal.

              “Pemerintah  masih  punya  kok  spare  dana  Silpa  [sisa  lebih  pembiayaan  anggaran  tahun
              berkenaan] per Juni Rp136 triliun, ditambah dengan realokasi anggaran dari infrastruktur dan
              potong gaji tunjangan pejabat,” jelasnya.
              Sebenarnya  pemerintah  telah  menambah  anggaran  perlindungan  sosial  (perlinsos).
              Anggarannya naik dari Rp153,86 triliun ke Rp187,84 triliun. Sementara itu, program keluarga
              harapan tak mendapat tambahan dana.

              Pemerintah mengalokasikan Rp28,31 triliun untuk 10 juta kepala keluarga. Lalu, program kartu
              sembako, sebelumnya pemerintah menganggarkan untuk 18,8 juta keluarga dengan besaran
              manfaat Rp200.000 per bulan.

              Selanjutnya bantuan beras dari Bulog. Setiap keluarga dengan total 28,8 juta mendapatkan 10
              kg.


              Total anggaran untuk ini Rp3,58 triliun. BST menyasar 10 juta keluarga selama enam bulan
              hingga  Juni.  Dengan  total  anggaran  Rp17,46  triliun,  setiap  penerima  manfaat  mendapatkan
              Rp300.000 per bulan.

              Kemudian, BST usulan pemerintah daerah. Sebanyak 5,9 juta keluarga penerima manfaat (KPM)
              yang menjadi usulan, bukan penerima kartu sembako, dan di luar bansos tunai ini menerima
              Rp200.000 selama enam bulan. Sebaliknya, ekonom Institute of Development on Economics and
              Finance (Indef), Dhenny Yuartha menyoroti penyerapan anggaran untuk penanganan pandemi
              Covid-19 di daerah sangat rendah.

              Dia menyebut rendahnya penyerapan disebabkan oleh setidaknya tiga hal yaitu kapasitas fi skal
              yang sempit, kapasitas birokrasi dan komitmen politik, dan pola penyerapan anggaran di akhir
              periode.

              Hal utama yang menyebabkan rendahnya penyerapan anggaran Covid-19 adalah kapasitas fi
              skal yang sempit, serta didorong pula oleh masih banyaknya dana pemda yang mengendap di
              perbankan.

              “Kapasitas fi skal sebenarnya sangat sempit lalu didukung oleh anggaran yang mengendap di
              perbankan itu cukup besar.

              Sehingga  implementasi  penyaluran  ke  masyarakat  di  level  daerah  tidak  cukup  efektif,”  jelas
              Dhenny.  Di  sisi  lain,  Dhenny  menilai  pemerintah  sangat  berhati-hati  dalam  merealokasi
              anggaran.
              “Terlebih realokasi anggaran infrastruktur, memang anggaran ini seharusnya dialihkan tetapi
              pertanyaannya,  kalau  ingin  dialihkan  mau  sampai  kapan?  Itu  dilematis  juga  buat  daerah.
              Memang idealnya itu direalokasi ke [sektor] yang mendesak sekarang,” imbuhnya.

                                                           54
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60