Page 31 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 MEI 2021
P. 31

"Dalam aturan itu, tidak ada batasan maksimal pemotongan upah dan tidak ada tolak ukur yang
              jelas dan ketat mengenai syarat ketidakmampuan keuangan perusahaan. Akibatnya aturan itu
              sangat merugikan kelas pekerja," katanya.

              Bahkan, kewajiban pengusaha membayar Tunjangan Hari Raya (THR) juga dilemahkan melalui
              Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Nomor M/6/HI.00.01/V/2020 yang membolehkan adanya
              pembayaran THR secara dicicil pada tahun lalu.

              Tahun ini, menjelang Idul Fitri 2021 Kementerian Ketenagakerjaan kembali mengeluarkan Surat
              Edaran Nomor M/6/HK.04/IV/2021 yang masih bermasalah karena tidak memberikan tolak ukur
              ketidakmampuan keuangan perusahaan.

              Masih ditambah, Kementerian Ketenagakerjaan juga mengintervensi kewenangan Gubernur dan
              Bupati  atau  Walikota  dengan  mengeluarkan  Surat  Edaran  Menteri  Ketenagakerjaan  Nomor
              M/11/HK.04/X/2020 yang meniadakan kenaikan upah minimum dengan dalih pandemi Covid-19.

              Meski begitu, lima provinsi mengabaikan surat edaran itu dan tetap menaikan upah minimum
              provinsinya yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur (Jatim), Sulawesi Selatan (Sulsel), Jateng, dan DIY.

              Pemerintah  dan  DPR  juga  harus  bertanggung  jawab  atas  terjadinya  gelombang  Pemutusan
              Hubungan  Kerja  (PHK)  massal  selama  pandemi  karena  Omnibus  Law  UU  Cipta  Kerja  telah
              mempermudah terjadinya pemecatan dan menggerus hak dasar pekerja.

              "Telah terbit Peraturan Pemerintah turunan UU Cipta Kerja yang merugikan kepentingan kelas
              pekerja  yaitu  terkait  penggunaan  tenaga  kerja asing,  perpanjangan  periode  Perjanjian  Kerja
              Waktu Tertentu (PKWT), dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan," katanya.

              Serentetan  aturan  bermasalah  ini  tidak  dapat  dilepas  dari  kegagalan  skema  pembangunan
              nasional yang bergantung pada investasi.
              Ketika  terjadi  guncangan  pada  sistem  kapitalisme  global  seperti  hari  ini  maka  rakyat  yang
              dijadikan tumbal dengan dalih penyelamatan ekonomi nasional.

              "Rakyat pun kehilangan kedaulatan atas akses sumber ekonomi yang selama ini sebenarnya
              menopang perekonomian negara lewat konsumsi rumah tangganya," katanya.

              Di Yogya, dampak pandemi tidak kalah merusaknya. Perekonomian utama yang ditopang oleh
              sektor pariwisata dan pendidikan, harus terimbas sangat dalam. Banyak pekerja perhotelan dan
              tempat-tempat wisata yang terkena PHK dan dirumahkan.

              Waljid  membeberkan,  di  tengah  pagebluk  yang  memasuki  tahun  kedua  ini,  DPD  KSPSI  DIY
              beserta  FKBB  DIY-Jateng  menyesalkan  terjadinya  enam  kasus  korupsi  bantuan  sosial  yang
              dilakukan oleh pejabat di pemerintah pusat maupun daerah.

              Mantan  Menteri  Sosial  Juliari  Batubara  diduga  menerima  suap  Rp17  miliar  dari  perusahaan
              pemenang tender pengadaan bantuan sosial. Dia diduga mengutip @Rp10 ribu untuk setiap
              paket bantuan sosial untuk rakyat.

              Sementara itu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga menetapkan Bupati Bandung Barat
              dan  anaknya  sebagai  tersangka  kasus  korupsi  pengadaan  bantuan  sosial  karena  menerima
              gratifikasi sebesar Rp1 miliar dari perusahaan pemenang tender.
              Pekerja mendesak aparat penegak hukum bertindak tegas dalam mengusut tuntas kasus korupsi
              bantuan sosial selama pandemi ini.

              "Bukan hanya berdampak pada keuangan negara, korupsi bantuan sosial seperti itu juga sangat
              merugikan rakyat yang sangat membutuhkan di masa sulit ini," tandasya.
                                                           30
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36