Page 682 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 MEI 2021
P. 682

Ringkasan

              Setiap 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh atau  May Day. Di momen ini biasanya para buruh
              menyuarakan keluh kesahnya, tak terkecuali soal hak cuti haid yang sering tidak didapatkan
              pekerja  perempuan.  Seperti  yang  disampaikan  Gita,  buruh  perempuan  di  Jakarta,  dirinya
              mengaku sulit sekali mendapatkan hak cuti haid dari perusahaan tempatnya bekerja. "Cuti haid
              hanya sebatas tulisan," terangnya beberapa waktu lalu.



              MAY DAY 2021, PEREMPUAN JANGAN TAKUT AMBIL HAK CUTI HAID KALIAN

              Setiap 1 Mei diperingati sebagai  Hari Buruh  atau  May Day. Di momen ini biasanya para buruh
              menyuarakan keluh kesahnya, tak terkecuali soal hak cuti haid yang sering tidak didapatkan
              pekerja perempuan.
              Seperti  yang  disampaikan  Gita,  buruh  perempuan  di  Jakarta,  dirinya  mengaku  sulit  sekali
              mendapatkan  hak  cuti  haid  dari  perusahaan  tempatnya  bekerja.  "Cuti  haid  hanya  sebatas
              tulisan," terangnya beberapa waktu lalu.

              Sebagai  buruh  perempuan  yang  juga  sedang  menyusui,  dia  pun  mengaku  susah  sekali
              mendapatkan  ruang  laktasi  di  perusahaannya.  "Padahal,  itu  diatur  dalam  Peraturan  Menteri
              Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013. Belum lagi waktu kerja yang enggak pasti,
              bisa dari pagi sampai tengah malam," tambahnya.
              Hal serupa pun dikeluhkan Caca, salah seorang pekerja perempuan di Jakarta. Di tempatnya
              bekerja, buruh perempuan yang mengambil cuti haid itu kadang dinilai manja, bahkan kalau
              mau ambil cuti haid, atasan suka memandang sinis.

              "Mau ambil cuti haid nih, kadang tuh di-sinisin sama atasan. Terus, kalau perempuan bersuara,
              dianggap emosional. Diam saja dianggap nurut-nurut aja. Makin sempit deh ruang perempuan
              meski di kelas-kelas pekerja," tuturnya.

              Padahal,  Menteri  Ketenagakerjaan  (Menaker)  Ida  Fauziyah  menegaskan  bahwa  hak  cuti dan
              istirahat tidak dihapus dalam UU Omnibus Law Cipta Kerja yang telah disahkan. "UU ini tidak
              menghilangkan  hak  istirahat  saat  haid  dan  istirahat  melahirkan  yang  telah  diatur  dalam  UU
              Ketenagakerjaan," papar Menteri Ida awal Oktober 2020.

              Begitu juga soal jam kerja lembur. "Tetap diatur waktu kerja lembur maksimal 4 jam dalam satu
              hari. Waktu istirahat dan cuti tetap ada dan diatur," ungkap Menteri Ida.

              Dia memastikan pengusaha tetap wajib memberikan waktu istirahat dan cuti bagi pekerja atau
              buruh.  Adapun  mekanisme  jam  kerja  tetap  mengikuti  ketentuan  UU  Ketenagakerjaan  No.13
              Tahun 2003 yaitu 7 jam sehari dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam satu minggu
              serta 8 jam sehari dan 40 jam satu minggu untuk 5 hari kerja dalam satu pekan.

              Sementara itu, soal hak cuti haid ini tertuang di dalam Pasal 81 ayat (1) Undang-Undang No. 13
              Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa pekerja atau buruh perempuan yang dalam masa
              haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari
              pertama dan kedua pada waktu haid.

              Kepala  Bagian  Penelaahan  Hukum  dan  Evaluation  Konvensi  Internasional  Kementerian
              Ketenagakerjaan  Umar  Kasim  mengatakan,  sudah  jelas  tertera  dalam  pasal  tersebut  bahwa
              perempuan haid boleh izin kerja. Apalagi dalam kondisi kesakitan dan diharuskan untuk istirahat.





                                                           681
   677   678   679   680   681   682   683   684   685   686   687