Page 191 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 JUNI 2021
P. 191

MENAKER UNGKAP 7 LANGKAH PEMERINTAH HAPUS PEKERJA ANAK

              Pemerintah  Indonesia  melalui  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemnaker)  berkomitmen  untuk
              menghapus pekerja anak. Kemnaker menyiapkan tujuh langkah konkret yang akan dilakukan di
              tahun 2021 ini untuk mengurangi pekerja anak.

              Menteri  Ketenagakerjaan  Ida  Fauziyah  menjelaskan  pada  tahun  2008-2020,  Kemnaker  telah
              melaksanakan program pengurangan pekerja anak dan telah berhasil menarik pekerja anak dari
              tempat kerja sebanyak 143.456 anak.

              Tujuan program ini adalah mengurangi jumlah pekerja anak dari Rumah Tangga Miskin (RTM)
              yang  putus  sekolah  untuk  ditarik  dari  tempat  kerja  melalui  pendampingan  di  shelter  dalam
              rangka memotivasi dan mempersiapkan anak kembali ke dunia pendidikan.

              Ia  menyebut  pemerintah  memiliki  komitmen  besar  untuk  menghapus  pekerja  anak.  Hal  ini
              ditandai dengan ratifikasi Konvensi ILO Nomor 138 mengenai usia minimum untuk diperbolehkan
              bekerja dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999. Selain itu, pemerintah memasukkan
              substansi teknis yang ada dalam konvensi ILO tersebut dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
              2013 tentang Ketenagakerjaan.

              "Kami  di  Kementerian  Ketenagakerjaan  serius  dan  tegas  dalam  melakukan  berbagai  upaya
              konkret guna mengurangi pekerja anak di Indonesia," jelas Ida dalam keterangan tertulis, Sabtu
              (12/6/2021).

              Saat menyampaikan keynote speech pada acara 'End Child labour virtual race 2021' yang digelar
              ILO dalam rangka World Day Agaisnt Labour 2021, Ida mengungkap berbagai upaya yang akan
              dilakukan untuk mengurangi pekerja anak di tahun 2021. Pertama, meningkatkan kesadaran
              masyarakat,  terutama  di  daerah  pedesaan  dan  pada  kelompok  rentan,  agar  peduli  pada
              pemenuhan hak anak dan tidak melibatkan anak dalam pekerjaan berbahaya. Hal ini dilakukan
              salah satunya melalui supervisi ke perkebunan kelapa sawit dan perkebunan tembakau.
              Kedua,  langkah-langkah  koordinasi  dan  asistensi  untuk  mengembalikan  anak-anak  ke
              pendidikan, dengan menggunakan berbagai pendekatan. Ketiga, memberikan pelatihan pada
              pekerja  anak  dari  kelompok  rentan  (Putus  Sekolah  dan  Keluarga  Miskin)  dalam  program
              pelatihan berbasis komunitas dan pemagangan pada lapangan pekerjaan.
              Keempat, memfasilitasi intervensi bantuan sosial atau pelindungan sosial pada Kelompok /Buruh
              dan keluarga miskin yang terdampak COVID-19 yang memiliki kerentanan terhadap anggota
              keluarga untuk menjadi pekerja anak. Kelima, melakukan supervisi/pemeriksaan ke perusahaan
              yang diduga mempekerjakan anak.

              Keenam, melakukan sosialisasi/penyebarluasan informasi norma kerja anak kepada stake holder.
              Terakhir, pencanangan zona/kawasan bebas pekerja anak di Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
              Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat.
              Ida mengakui saat ini masih ada anak di Indonesia yang belum memperoleh hak mereka secara
              penuh, terutama bagi anak yang terlahir dari keluarga prasejahtera.

              "Ketidakberdayaan ekonomi orang tua dalam memenuhi kebutuhan keluarga memaksa anak-
              anak terlibat dalam pekerjaan yang membahayakan atau bahkan terjerumus dalam bentuk-betuk
              pekerjaan terburuk untuk anak yang sangat merugikan keselamatan, kesehatan, dan tumbuh
              kembang anak," katanya.






                                                           190
   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196