Page 345 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 JUNI 2021
P. 345

BURUH DAN PETANI AKAN MELAWAN RENCANA PAJAK SEMBAKO

              oleh Rizky Suryarandika, Deddy Darmawan Nasution, Novita Intan Konfederasi Serikat Pekerja
              Indonesia  (KSPI)  mengecam  keras  rencana  pemerintah  yang  akan  menaikkan  tarif  pajak
              pertambahan nilai (PPN) untuk kebutuhan pokok (sembako) masyarakat dan di sisi lain akan
              memberlakukan  tax  amnesty  jilid  2  bagi  pengusaha.  KSPI  menyebut  ini  adalah  cara-cara
              pemerintah meniru kolonialisme atau sifat penjajah.

              Presiden  KSPI  Said  Iqbal  menilai  sangat  tidak  adil  jika  orang  kaya  diberi  relaksasi  pajak.
              Termasuk produsen mobil untuk beberapa jenis tertentu diberi pengenaan pajak penjualan atas
              barang mewah (PPnBM) hingga nol persen. Tetapi untuk rakyat kecil, sekedar untuk makan saja,
              sembako dikenakan kenaikan pajak.

              "Sekali lagi, ini sifat kolonialisme. Penjajah!" kata Iqbal dalam keterangan pers kepada wartawan,
              Jumat (11/6).

              Iqbal menegaskan, kalau rencana menaikkan PPN sembako ini tetap dilanjutkan, kaum buruh
              akan menjadi garda terdepan dalam melakukan perlawanan. Baik secara aksi di jalanan maupun
              mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).

              Iqbal menyoroti rencana adanya kenaikan PPN berdampak pada harga yang barang akan naik.
              Hal ini akan merugikan masyarakat, terutama buruh, karena harga barang menjadi mahal.

              "Sudahlah kaum buruh terjadi PHK di mana-mana, kenaikan upahnya dikurangi dengan omnibus
              law,  nilai  pesangon yang  lebih  kecil  dari  peraturan  sebelumnya,  dan  pembayaran  THR yang
              masih banyak dicicil, sekarang dibebani lagi dengan harga barang yang melambung tinggi akibat
              kenaikan PPN," ucap Iqbal.

              In Picture: Rencana Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai bagi Bahan Pokok Dewan Pimpinan
              Nasional  Asosiasi  Petani  Tebu  Rakyat  Indonesia  (APTRI)  pun  secara  tegas  menolak  rencana
              pemerintah mengenakan PPN terhadap sembako seperti yang tertuang dalam draf revisi Undang-
              Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Sekjen
              APTRI, Nur Khabsyin meminta kebijakan itu dikaji ulang karena akan memberatkan kehidupan
              petani.

              "Saya kira perlu dikaji ulang. Apalagi saat ini masa pandemi dan situasi perekonomian sedang
              sulit.  Ini  akan  berimbas  ke  seluruh  Indonesia  dan  membuat  gaduh  masyarakat,  terutama
              masyarakat petani," kata Khabsyin, dalam keterangannya diterima Republika, Jumat (11/6).

              Menurut  Khabsyin,  selama  ini  petani  tebu  sudah  dihadapkan  pada  beragam  kebijakan  yang
              memberatkan, seperti pengurangan subsidi pupuk, rendahnya HPP gula, hingga maraknya gula
              impor yang beredar di pasaran. Hal tersebut sudah membuat petani tebu menjadi tertekan.

              "Ibaratnya  petani  sudah  jatuh  tertimpa  tangga.  kalau  PPN  dipaksakan  petani  siap  demo  ke
              jakarta," ujar Khabsyin.

              Sebetulnya, sebelum tahun 2017 gula konsumsi sudah dikenakan PPN, akan tetapi petani tebu
              protes melalui unjuk rasa di Jakarta sehingga sejak 1 september 2017 gula konsumsi dibebaskan
              dari PPN. Pengenaan PPN, kata Khabsyin dipastikan akan merugikan seluruh petani tebu yang
              di Indonesia.

              "Pedagang akan membeli gula tani dengan memperhitungkan beban PPN yang harus dibayarkan.
              Ini tentu akan berdampak pada harga jual gula tani," ujar Khabsyin.





                                                           344
   340   341   342   343   344   345   346   347   348   349   350