Page 309 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 OKTOBER 2020
P. 309

Jelas  Said,  aksi  nasional  tersebut  serempak  dilakukan  di  24  Provinsi  dan  melibatkan  200
              kab/kota,  antara  lain:  Jakarta,  Depok,  Bogor,  Tangerang  Raya,  Serang,  Cilegon,  Karawang,
              Bekasi, Purwakarta, Subang, Indramayu, Cirebon, Bandung Raya, Cimahi, Cianjur, Sukabumi,
              Semarang, Kendal, Jepara, Surabaya, Mojokerto, Pasuruan, Sidoarjo, dan Gresik.

              Aksi juga akan dilakukan di Jogja, Banda Aceh, Medan, Deli Serdang, Batam, Bintan, Pekanbaru,
              Jambi,  Bengkulu,  Lampung,  Makassar,  Gorontalo,  Bitung,  Kendari,  Morowali,  Banjarmasin,
              Palangkaraya, Samarinda, Lombok, Ambon, Papua, dan sebagainya.

              "Aksi  KSPI  dan  serikat  buruh  lainnya  ini  adalah  aksi  anti  kekerasan  'non  violence'.  Aksi  ini
              diselenggarakan secara terukur, terarah dan konstitusional. Aksi tidak boleh anarkis dan harus
              damai serta tertib," pungkasnya.

              Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman Serikat Pekerja Seluruh Indonesia
              (PP FSP RTMM - SPSI) mengancam akan melakukan aksi demo, menyusul rencana Pemerintah
              yang  akan  menaikkan  tarif  Cukai  Hasil  Tembakau  (CHT)  2021  sebesar  13  -  20  persen.
              Sebelumnya, diketahui bahwa Pemerintah telah menunda pengumuman kenaikan cukai yang
              biasanya dilakukan pada awal Oktober tiap tahunnya.


              Ketua Umum RTMM - SPSI Sudarto menegaskan kenaikan cukai di tahun 2020 sejatinya sudah
              cukup mencekik dan menekan Industri Hasil Tembakau (IHT), ditambah dengan mewabahnya
              pandemi COVID-19. Situasi ini berimbas pada pekerja dan anggota yang terlibat dalam industri
              ini.

              "Penurunan produksi telah menyebabkan penurunan penghasilan, kesejahteraan dan tentu daya
              beli pekerja. Pemerintah butuh penerimaan cukai dan pajak hasil tembakau, akan tetapi pekerja
              juga butuh kelangsungan bekerja dan penghidupan yang layak," tegas Sudarto saat dihubungi
              wartawan (23/10/2020).

              Sudarto mengaku bahwa sebelumnya telah menyampaikan aspirasinya dengan mengirimkan
              surat yang ditujukan kepada Presiden Jokowi pada 9 September 2020 lalu dengan tembusan
              kepada  Kepala  Staf  Kepresidenan  RI,  Kementerian  Koordinator  Bidang  Perekonomian,
              Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal  dan Direktur
              Jenderal Bea Cukai. Masifnya informasi kenaikan cukai saat ini mengindikasikan surat tersebut
              tidak diperhatikan sama sekali oleh Pemerintah.

              Melalui  surat  tersebut,  pihaknya  memohon  perlindungan  atas  hilangnya  pekerjaan  anggota
              RTMM yang bekerja di IHT akibat pabrik yang tutup dikarenakan regulasi dan kebijakan yang
              tidak adil sehingga pekerja buruh menjadi korbannya.

              "IHT bukanlah sapi perah bagi penerimaan negara tanpa ada stimulus yang signifikan untuk
              bisa bertahan walau alasan kesehatan selalu menjadi pertimbangan utama. Pengusaha bisa
              menutup  industrinya  dan  mengalihkan  usahanya  pada  sektor  lain tetapi  bagaimana  dengan
              pekerja dengan tingkat pendidikan rendah dan ketrampilan terbatas," ujar Sudarto.

              Untuk itu FSP RTMM-SPSI yang menaungi dan mewakili 148.693 pekerja industri hasil tembakau
              Indonesia  mendesak  Pemerintah  untuk  mengambil  kebijakan  berimbang  atas  regulasi  dan
              kenaikan cukai rokok di tahun depan. Pertama, agar membatalkan rencana kenaikan cukai hasil



                                                          308
   304   305   306   307   308   309   310   311   312   313   314