Page 312 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 OKTOBER 2020
P. 312

Ringkasan

              Menteri  Koordinator  Bidang  Politik,  Hukum, dan  Keamanan  (  Menkopolhukam  )  Mahfud  MD
              dengan tegas membantah tudingan sejumlah pihak yang menyebut pengesahan Omnibus Law
              atau Undang-Undang Cipta Kerja kejar target pemerintah dan DPR. Ia secara terang-terangan
              menyebut pembahasan RUU Cipta Kerja sudah sejak lama, atau sejak Februari 2020 di DPR RI.



              DIBONGKAR LAGI SEMUANYA OLEH MAHFUD MD: PEMBAHASAN UU CIPTAKER
              SUDAH SETAHUN

              Menteri  Koordinator  Bidang  Politik,  Hukum, dan  Keamanan  (  Menkopolhukam  )  Mahfud  MD
              dengan tegas membantah tudingan sejumlah pihak yang menyebut pengesahan Omnibus Law
              atau Undang-Undang Cipta Kerja kejar target pemerintah dan DPR. Ia secara terang-terangan
              menyebut pembahasan RUU Cipta Kerja sudah sejak lama, atau sejak Februari 2020 di DPR RI.

              Sementara itu, sebelum itu pemerintah juga telah membahas terkait Omnibus Law. Bahkan,
              kata Mahfud, sejak 20 Oktober 2019 lalu ketika Presiden Joko Widodo alias Jokowi dilantik.

              "Artinya  pembahasannya  sebenarnya  sudah  setahun  sampai  sekarang  ini,  kalau  dilihat  dari
              rencana  presiden  sampai  pembahasan  di  DPR.  Jadi  kalau  dibilang  buru-buru  tidak  juga,"
              katanya, dalam acara bertajuk '4 Menko Satu Panggung: Dialog Satu Tahun Jokowi - Maruf'
              yang disiarkan stasiun TVRI pada Minggu (25/10/2020). Terkait itu, ia juga mengklaim jika
              pemerintah selalu menampung aspirasi dari serikat pekerja atau buruh.

              "Semuanya kita tampung, semuanya kita undang dalam forum yang berbeda. Masing-masing
              itu di kantor saya saja tidak kurang dari tiga kali. Dan usulnya, kongkret ditampung lalu dibahas
              bersama mereka," ujarnya.

              Namun  demikian,  ia  juga  mengaku  kesulitan  bila  ada  serikat  buruh  yang  tetap  bersikukuh
              dengan  keinginan  dan  pendapatnya  tanpa  menemui  titik  temu  kompromi  sebagai  jalan
              keluarnya.  Pada  akhirnya,  segala  aspirasi  tersebut  pun  kembali  diserahkan  kepada  DPR  RI
              sebagai lembaga yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan.

              "Tapi, kalau  mereka  tetap  ngotot  tidak  mau  ketemu  di  jalan  kompromi  kan  susah  juga, ya
              diserahkan  saja  ke  DPR.  Nanti  kan  DPR  yang  memutuskan,  kan  sesuatu  harus  diputuskan
              sebenarnya," katanya.

              Selanjutunya, disisi lain, selain aspirasi dari serikat buruh, ia juga mengklaim turut menampung
              aspirasi dari kalangan akademisi. Khususnya, ketika ada kesan bahwa perguruan tinggi hendak
              dikomersialkan.

              "Sudah  banyak  sekali  sebenarnya  perbaikan-perbaikan  sesuai  masukan-masukan  dari
              masyarakat, dari kelompok buruh terutama misalanya yang saya ada di dalamnya itu perguruan
              tinggi, pendidikan. Itu kan semula dikesankan ada ini pendidikan ini mau dikomersialkan, mau
              dianggap lembaga usaha, ramai rekor-rekor kirim WA ke saya, ada Pergubi (Persatuan Guru
              Besar Indonesia) juga ngirim surat, itu akhirnya dikeluarkan," bebernya.


              "Artinya kan aspiratif, apa yang dikatakan oleh masyarakat ya kita respons," tukas dia.

                                                          311
   307   308   309   310   311   312   313   314   315   316   317