Page 355 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 OKTOBER 2020
P. 355

Ringkasan

              Terkait pembatalan kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) tahun 2021, Federasi Serikat
              Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman Seluruh Indonesia (FSP RTMMSI) melayangkan
              surat  kepada Presiden  Joko Widodo  (Jokowi),  Kemenko  Bidang  Perekonomian,  Kementerian
              Ketenagakerjaan, Kementerian Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) dan Direktur Jenderal
              Bea Cukai.



              TOLAK KENAIKAN CUKAI, BURUH SURATI JOKOWI

              Terkait pembatalan kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) tahun 2021, Federasi Serikat
              Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman Seluruh Indonesia (FSP RTMMSI) melayangkan
              surat  kepada Presiden  Joko Widodo  (Jokowi),  Kemenko  Bidang  Perekonomian,  Kementerian
              Ketenagakerjaan, Kementerian Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) dan Direktur Jenderal
              Bea Cukai.

              Namun, menurut Ketua Umum FSP RTMMSI Sudarto, surat yang dikirim pada 9 September 2020
              itu hingga kini belum direspons sama sekali oleh pemerintah. Selain pembatalan, pihaknya ingin
              pemerintah  melindungi  pekerja  tembakau  yang  kini  terancam  bakal  kehilangan  mata
              pencaharian akibat kenaikan tarif cukai tembakau.

              "Pemerintah butuh penerimaan cukai dan pajak hasil tembakau, akan tetapi pekerja juga butuh
              kelangsungan bekerja dan penghidupan yang layak. IHT (industri hasil tembakau) bukanlah
              'sapi perah' bagi penerimaan negara tanpa ada stimulus yang signifikan untuk bisa bertahan
              walau  alasan  kesehatan  selalu  menjadi  pertimbangan  utama,"  katanya  melalui  keterangan
              tertulis,  Minggu  (25/10/2020).  Dia  mengungkapkan,  kenaikan  cukai  tahun  ini  saja  sudah
              mencekik  para  buruh  tembakau,  ditambah  dengan  mewabahnya  pandemi  Covid-19  telah
              membuat kondisi IHT semakin tertekan dan tidak menentu.

              "Imbasnya adalah pada pekerja, anggota kami yang terlibat dalam sektor industri ini. Penurunan
              produksi  telah  menyebabkan  penurunan  penghasilan,  kesejahteraan  dan  tentu  daya  beli
              pekerja. Pertanyaannya, di manakah peran pemerintah untuk melindungi rakyatnya, khususnya
              pekerja yang menggantungkan penghidupannya dari industri legal ini?" katanya. Sudarto juga
              menuntut  kepada  pemerintah  untuk  memberikan  perlindungan  bagi  pekerja  industri  hasil
              tembakau yang memiliki pendidikan rendah serta keterampilan terbatas.

              "Pengusaha IHT bisa menutup industrinya dan mengalihkan usahanya pada sektor lain tetapi
              bagaimana  dengan  pekerja  dengan  tingkat  pendidikan  rendah  dan  keterampilan  terbatas,"
              ujarnya.

              Oleh karena itu lanjut Sudarto, FSP RTMMSI yang menaungi dan mewakili 148.693 pekerja
              industri hasil tembakau mendesak pemerintah untuk mengambil kebijakan yang berimbang atas
              regulasi dan kenaikan cukai rokok di tahun depan. "Bila permintaan kami ini tidak diperhatikan
              sebagaimana juga tertuang dalam surat kami sebelumnya, maka dengan sangat terpaksa kami
              menggunakan hak mengemukakan pendapat di muka umum dengan cara unjuk rasa nasional
              sesuai peraturan perundangan yang berlaku," ujarnya.

              Sumber : Kompas.com Editor: Barratut Taqiyyah Rafie.
                                                          354
   350   351   352   353   354   355   356   357   358   359   360