Page 211 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 1 SEPTEMBER 2020
P. 211
Program-program tersebut sebagian merupakan obat kaget bagi pemerintah ketika pertumbuhan
ekonomi yang anjlok ke angka -5,32. Sebuah pencapaian yang buruk dan jauh dari ekspektasi
pemerintah. Seberapa efektifkah program bagi-bagi uang tersebut?
Dengan program bagi-bagi uang tersebut, pemerintah telah mengajari masyarakat untuk hidup
konsumtif, karena bantuan-bantuan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan konsumsi
masyarakat. Mengapa pemerintah tidak memilih program yang dapat menciptakan masyarakat
produktif. Hanya karena pertumbuhan ekonomi yang merosot tajamlah pemerintah berharap
uang-uang tersebut secara cepat diharapkan dapat meningkatkan nilai konsumsi masyarakat
yang akan memicu laju pertumbuhan ekonomi.
Tampaknya pemerintah terlalu berambisi untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara
cepat, padahal bagibagi uang tunai itu tidak berefek panjang terhadap perekonomian
masyarakat. Hanya sekejap uang itu habis tak berbekas.
Pemilihan program bagi-bagi uang hanya akan melahirkan masyarakat pasif dan tidak kreatif.
Pemerintah terlalu memanjakan masyarakat, seolah-olah masyarakat sudah tidak bisa bertahan
hidup saat pandemi Covid-19 ini. Masyarakat Indonesia sudah sangat teruji dengan situasi susah.
Dijajah Belanda selama 3,5 abad dan Jepang 3,5 tahun saja masyarakat masih kuat dan bahkan
dapat merdeka. Kegigihan masyarakat melawan penderitaan sangatlah heroik, pantang
menyerah.
Jika hanya menghadapi Covid- 19 masyarakat pasti mampu bertahan, namun ketahanan hidup
masyarakat justru terganggu dan terbelenggu oleh seabrek peraturan yang ditetapkan
pemerintah. Gerah langkahnya sangat terbatas akibat kegaduhan psikis yang dialami
masyarakat. Rasa takut dan khawatir disebarkan secara masif, hingga masyarakat terkurung
bahkan terpasung aktivitas ekonominya.
Kunci dari pertumbuhan ekonomi bukanlah uang yang dibagibagi pemerintah, tetapi
produktivitas masyarakat. Pemerintah harusnya memilih program yang dapat meningkatkan
produktivitas, bukan justru menciptakan masyarakat konsumtif.
Secara linier, jika produktivitas masyarakat meningkat, maka nilai konsumtifnya juga meningkat.
Mendorong dan menggerakkan usaha-usaha produktif lebih efektif untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daripada triliunan rupiah hanya digunakan untuk dibagibagikan kepada
masyarakat.
Pemerintah harusnya belajar dari program BLT yang dijalankan sebelum pandemi. Efektivitasnya
tidak jelas. Penggunaan uangnya juga tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Menggerakkan UMKM Program bagi-bagi uang merupakan tindakan pemerintah yang bersifat
pemborosan dan tidak tepat sasaran, jika pemerintah berharap bantuan itu dapat meningkatkan
perekonomian nasional, karena banyak program yang sebenarnya selama ini tidak terlalu
dibutuhkan.
Seperti program yang baru diluncurkan untuk karyawan yang bergaji di bawah 5 juta rupiah,
yang diperuntukkan bagi 15,7 juta karyawan dan menelan anggaran Rp 37,7 triliun bukanlah
program yang sangat mendesak. Harusnya pemerintah memilih program yang menyangkut hajat
hidup banyak orang, seperti membantu para pelaku UMKM baik yang masih bertahan maupun
yang sudah tutup akibat Covid-19.
Program bantuan modal usaha Rp. 2,4 juta kepada 12 juta pelaku UMKM seharusnya menjadi
pilihan utama bagi pemerintah, namun yang terjadi justru program itu diluncurkan yang paling
akhir.
210