Page 14 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 AGUSTUS 2020
P. 14
Saat ini, menurut dia, Indonesia tengah bersaing dengan berbagai negara memperebutkan
investasi asing. Sayangnya, lanjut Bahlil, kebijakan Indonesia masih kalah dengan kebijakan di
beberapa negara Asia Tenggara, seperti Vietnam. Hal itu dinilai menghambat investor asing
masuk ke Tanah Air.
"Persoalan kita hanya tiga, birokrasi, tanah, dan upah," ujar Bahlil.
BKPM melaporkan, realisasi investasi sepanjang semester I 2020 sebesar Rp 402,6 triliun. Angka
tersebut tumbuh tipis 1,8 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Dari total investasi
tersebut, Penanaman Modal Asing (PMA) semester I 2020 sebesar Rp 195,6 triliun, turun 8,1
persen dari periode sama tahun lalu. Sementara, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
tercatat, sebesar Rp 207,020 triliun atau tumbuh 13,2 persen dibandingkan semester 12019.
Ekonom senior Chatib Basri menyebutkan, rampungnya Omnibus Law Cipta Kerja ataupun
Perpajakan menjadi kunci utama untuk pemulihan ekonomi melalui 'undangan' investasi ke
Indonesia. Khususnya, di tengah tren relokasi investasi yang akan terjadi secara masif pada
masa ataupun pascapandemi Covid-19.
Pertanyaannya saat ini, Chatib menekankan, apakah relokasi investasi yang dilakukan itu akan
masuk ke Vietnam, Malaysia, Singapura, atau Indonesia. "Itu yang akan tergantung dari
Omnibus Law akan beres atau tidak, padahal kesempatannya ada saat ini," ujar Chatib dalam
Webinar Mid Year Economic Outlook 2020, akhir Juli lalu.
Chatib menjelaskan, pemerintah memiliki kesempatan besar untuk terus menggencarkan
pertumbuhan investasi dari luar negeri. Sebab, satu hal yang akan dipelajari banyak negara
setelah krisis kesehatan saat ini adalah betapa berbahayanya menempatkan seluruh portofolio
di satu negara.
Pada situasi pandemi saat ini, Chatib menjelaskan, Cina akan menjadi negara yang ditinggalkan
banyak investor. Para penanam modal ini memahami, betapa bahayanya menempatkan semua
investasi di negara yang menjadi awal penyebaran Covid-19. "Kalau ada satu negara kena,
semua global supply chain di sana akan kena juga," katanya.
Situasi tersebut sudah terjadi kini. Chatib menyebutkan, .Jepang sudah mulai keluar dari Cina,
bahkan sejak sebelum pandemi Covid-19. Hal ini bukan karena kedua negara sedang mengalami
konflik atau permasalahan, melainkan keinginan Jepang untuk melakukan diversifikasi
investasinya.
ed: fuji pratiwi
13