Page 13 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 AGUSTUS 2020
P. 13

TEROBOSAN REGULASI DEMI AKSELERASI EKONOMI

              Sekretaris  Kementerian  Koordinator  Bidang  Perekonomian  Susi-wijono  menyebutkan,
              pembahasan Omnibus Law membuka peluang pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU)
              Omnibus Law Cip-ta Kerja  rampung pada Agustus ini. Sejauh ini, sepertiga bab dari total 15 bab
              yang ada dalam beleidsudah selesai dibahas.

              Susiwijonosebagai ketua Tim Panitia Kerja  (Panja) Pemerintah untuk pembahasan RUU Omnibus
              Law Cipta Kerja  menyebutkan, pembahasan beleid sudah dilakukan lebih dari 10 kali bersama
              di Panja Badan Legislatif (Baleg) DPR. Setiap pekan, setidaknya tiga sampai empat kali, rapat
              dilakukan.

              Mempercepat pembahasan secara optimal menjadi target utama pemerintah sekarang. "Apakah
              bisa segera selesai atau tanggal 17 Agustus? Kami targetnya yang penting pembahasan optimal.
              Mudah-mudahan  bisa  segera  selesai,"  ujar  Susiwijono  dalam  konferensi  pers  virtual,  awal
              Agustus lalu.
              Dari total 15 bab, Susiwijono menjelaskan, sebanyak lima bab sudah dibahas dalam Panja Baleg.
              Termasuk di antaranya tiga bab besar, seperti perizinan berusaha, yang berkontribusi lebih dari
              50 persen terhadap substansi belei'd.

              Klaster ketenagakerjaan yang mendapatkan perhatian banyak pihak, juga terus dibahas antara
              pemerintah  bersama  serikat  pekerja  Susiwijono  mengatakan,  Menteri  Ketenagakerjaan  Ida
              Fauziyah sudah melaporkan hasil pembahasannya ke empat menteri koordinator. Ditargetkan,
              pembahasan klaster ini sudah bisa dilakukan di Panja Baleg pertengahan Agustus.

              Susiwijono menjelaskan, pembahasan RUU Omnibus Law Cipta Kerja karena situasi saat ini yang
              sangat membutuhkan penerapan poin-poin dalam beleid tersebut. Tapi, ia tidak menyebutkan
              urgensi yang dimaksud secara detail. "Kondisi sekarang, kita sangat membutuhkan RUU Cipta
              Kerja ," kata dia.
              Sementara  itu,  Kepala  Badan  Koordinasi  Penanaman  Modal  (BKPM),  Bahlil  Lahadalia
              mengatakan,  urgensi  penyelesaian  RUU  Omnibus  Law  Cipta  Kerja    karena  dampaknya  yang
              signifikan  terhadap  pertumbuhan  lapangan  kerja  melalui  investasi.  Dampak  berikutnya,
              pendapatan masyarakat jadi lebih pasti.
              Bahlil menjelaskan, RUU Cipta Kerja terdiri atas 11 klaster, 15 bab, 174 pasal yang semuanya
              berorientasi pada izin usaha dan investasi. "Maka, Omnibus Law ini adalah pintu masuk kita
              untuk  menciptakan  lapangan  pekerjaan,"  kata  Bahlil  dalam  diskusi  virtual  bertajuk  'Strategi
              Menarik Investasi di Jakarta', awral Agustus.

              Saat  ini,  Bahlil  menyebutkan,  setidaknya  ada  17  juta  orang  yang  sedang  membutuhkan
              pekerjaan. Sebanyak tujuh juta sampai delapan juta orang merupakan pengangguran terdampak
              pandemi Covid-19 dan 2,5 juta angkatan kerja baru. Sisanya adalah pengangguran yang belum
              mendapatkan pekerjaan sejak sebelum pandemi.

              Permasalahan ini dinilai Bahlil dapat diselesaikan dengan perbaikan secara struktural dari sisi
              investasi.  Sedangkan  iklim  investasi  Indonesia  dapat  membaik  dengan  syarat,  segera
              menyelesaikan RUU Omnibus Law Cipta Kerja.
              Investasi merupakan salah satu instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
              nasional.  Ia  setuju  konsumsi  merupakan  kontributor  terbesar  dalam  pertumbuhan  ekonomi.
              Namun, harus diingat juga, konsumsi akan terjadi bila ada kepastian pendapatan. Kepastian
              pendapatan diraih bila ada lapangan pekerjaan. Lapangan kerja  terbentuk jika ada investasi.




                                                           12
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18