Page 114 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 DESEMBER 2020
P. 114
Parahnya lagi, gaji perempuan ini tidak diberikan majikan selama lebih dari 6 tahun dan tak
diizinkan berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia.
KJRI Jeddah melaporkan kasus ini ke kantor Dinas Tenaga Kerja Daerah Bisha dan memaksa
majikan hadir untuk mediasi.
Sayangnya, TKI asal Cirebon ini memilih terus bekerja dan menitipkan uangnya di majikan. Dia
membuat surat pernyataan kepada KJRI akan membawa sendiri uangnya saat pulang nanti.
"Saya bingung, mau ditaruh di mana uangnya," tutur TKI tersebut kepada petugas KJRI,
demikian dikutip dari siaran pers KJRI Jeddah yang diterima kumparan, Senin (7/12).
Kasus serupa dialami seorang WNI asal Sukabumi. Perempuan yang diberangkatkan ke Arab
Saudi dengan visa ziarah ini telah bekerja selama 22 bulan dengan upah per bulan sebesar 1.000
riyal (Rp 3.7 juta). Namun, dirinya mengaku belum digaji selama 14 bulan.
Awalnya Tim KJRI mencoba mengajak majikan pekerja asal Sukabumi itu untuk menyelesaikan
tunggakan gaji pembantunya itu secara kekeluargaan. Lantaran majikan berkelit dan mencari-
cari alasan untuk menunda kewajibannya, KJRI mengancam akan membawa pembantunya itu
ke KJRI Jeddah dan membawa kasusnya ke dinas tenaga kerja.
Si majikan akhirnya melunak dan membayar kontan gaji ART-nya saat itu juga sebesar 14.000
riyal (Rp 52 juta).
Sementara kasus terakhir menimpa pekerja migran yang mengaku belum menerima haknya
selama 8 tahun. Gajinya pun di bawah standar, hanya 600 riyal per bulan (Rp 2,2 juta).
Tidak hanya itu, perempuan asal Maros, Sulawesi Selatan, ini dipindah-pindah kerja.
Dengan nada tinggi, si majikan bersikukuh bahwa gaji yang belum dibayarkan tersisa 32 ribu
riyal (Rp 120 juta). Namun, Petugas KJRI tetap menuntut bahwa gaji yang belum ditunaikan
adalah 8 tahun.
Setelah dilakukan mediasi dicapai kesepakatan, pihak majikan akan membayar sisa gaji
pembantunya itu sebesar 56 ribu riyal atau sekitar Rp 218 juta.
113