Page 109 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 DESEMBER 2020
P. 109

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua LPSK Antonius Wibowo terkait keberhasilan repatriasi
              43 PMI yang dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri (Kemlu) pada November lalu.
              "LPSK menilai upaya yang telah dilakukan oleh Kemlu, sangat tepat serta patut diapresiasi," ujar
              Antonius dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

              Terkait rencana perlindungan kepada 43 PMI tersebut, LPSK akan segara melakukan koordinasi
              dengan  sejumlah  lembaga.  Antonius  menyebutkan  pihaknya  siap  bekerja  sama  dan
              berkolaborasi  dengan  pihak  Badan  Pelindungan  Pekerja  Migran  Indonesia  (BP2MI)  dan
              Kepolisian "Untuk BP2MI, kami sudah menandatangani nota kesepahaman pelindungan bagi
              pekerja migran Indonesia yang menjadi korban perdagangan orang Oktober lalu," kata Antonius
              Antonius melanjutkan, lingkup nota kesepahaman yang ditandatangani di antaranya memberikan
              fasilitasi dan layanan perlindungan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan bagi PMI
              yang  menjadi  saksi,  korban,  dan/atau  pelapor  dalam  dugaan  tindak  pidana  pengiriman  PMI
              secara illegal.

              Menurut  Antonius,  apabila  dalam  proses  penyelidikan  yang  dilakukan  oleh  kepolisian
              mengindikasikan  adanya  praktik  perdagangan  orang,  LPSK  siap  memberikan  perlindungan
              kepada PMI mulai dari rehabilitasi medis, psikologis hingga fasilitasi penghitungan restitusi.

              "Jika para PMI tersebut telah menjadi terlindung LPSK, kami siap membantu aparat penegak
              hukum untuk memproses secara hukum perusahaan yang merekrut mereka melalui cara ilegal,
              sebab selama ini perusahaan sangat jarang tersentuh dan diadili dalam perkara tindak pidana
              perdagangan orang" ujar Antonius Dia menambahkan, kasus TPPO menjadi salah satu kasus
              pidana yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena secara kuantitatif angka terlindung
              LPSK yang berasal dari TPPO tidaklah sedikit.

              Pada  tahun  2020,  hingga  bulan  Oktober  LPSK  telah  memberikan  perlindungan  kepada  263
              terlindung yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.

              Untuk kasus TPPO yang menimpa PMI, salah satu bentuk perdagangan orang yang terjadi adalah
              pekerja migran Indonesia dipekerjakan secara non prosedural.

              Dalam data permohonan perlindungan LPSK, hanya 25 persen PMI yang diberangkatkan oleh
              agen resmi. Rentang waktu 2016 sampai dengan Juni 2020, LPSK telah menerima sebanyak 289
              permohonan perlindungan PMI.

              Sebanyak  57  persen  dari  mereka  berlatar  belakang  pendidikan  SMA,  22  persen  berlatar
              pendidikan SD, 17 persen berlatar pendidikan SMP, dan sisanya merupakan sarjana dan diploma.

              Antonius menyebut negara di kawasan Timur Tengah yang paling banyak menjadi tujuan PMI
              non prosedural. Sebanyak 57 pemohon dipekerjakan di Arab Saudi, sementara yang lainnya di
              Bahrain, Irak, Libya, Maroko, Mesir, Qatar, Somalia, Sudan, Suriah, Turki dan Uni Emirat Arab.

              Menurut catatan LPSK, setidaknya ada 6 bentuk eksploitasi yang sering dialami oleh PMI di luar
              negeri, yakni kontrak kerja yang tidak jelas, upah yang dibayarkan tidak sesuai, kerja lembur,
              penjeratan hutang, konsumsi makanan tidak layak, dan tidak mendapat tempat istirahat yang
              layak.

              Menurut  Antonius,  para  pelaku  TPPO  biasanya  memalsukan  dokumen  agar  dapat
              mempekerjakan PMI non prosedural.

              "Pemalsuan  dokumen  merupakan  salah  satu  cara  pelaku  TPPO  mempermudah  para  korban
              dipekerjakan,  pemalsuan  dokumen  tersebut  meliputi  KTP,  paspor,  dan  dokumen  lain  yang
              dibutuhkan para pekerja migran ilegal" kata Antonius.


                                                           108
   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114