Page 229 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 JANUARI 2021
P. 229

Masalah  pertama  berkaitan  dengan  cakupan  kepesertaan.  Menurutnya,  pemerintah  bersama
              BPJS  Ketenagakerjaan  atau  BP  JAMSOSTEK  harus  dapat  melakukan  perluasan  cakupan
              kepesertaan semesta untuk semua segmen.

              Hingga Desember 2020, jumlah peserta BPJS Ketenagakerjaan tercatat sebanyak 50,72 juta atau
              berkurang  dibandingkan  dengan  2019  yang  sebanyak  55,2  juta.  Jumlahnya  baru  mencakup
              sekitar 36,6 persen dari total angkatan kerja per Agustus 2020 sebanyak 138,22 juta orang.

              Ida menjabarkan bahwa masalah kedua terkait dengan penyelenggaraan tiga program jaminan
              sosial.  Kementerian  Ketenagakerjaan  menemukan  banyaknya  manfaat  penyakit  akibat  kerja
              (PAK) dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) yang tidak terbayar karena bersentuhan
              dengan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

              Lalu,  terdapat  banyak  penarikan  lebih  awal  atas  manfaat  program  Jaminan  Hari  Tua  (JHT).
              Penarikan itu memang diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) 19/2015,
              tetapi implementasinya membuat kondisi proteksi para pekerja menjadi rentan.
              Adapun, progam Jaminan Pensiun (JP) menghadapi masalah sangat kecilnya manfaat dan tidak
              adanya  peta  jalan  untuk  menaikkan  iuran  JP  menuju  8  persen.  Terdapat  pula  irisan  hukum
              dengan Undang-Undang 11/1992 yang membuat perusahaan pelaksana program dana pensiun
              beranggapan bahwa program JP tidak bersifat wajib.
              " Ketiga terkait pengembangan program. Harus mengembangkan program jaminan sosial sesuai
              amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi International Labor Organization [ILO] 102,"
              ujar Ida dalam rapat tersebut, Senin (18/1/2021).

              Menaker pun menyoroti berbagai regulasi yang masih bertabrakan, sehingga masalah keempat
              terkait dengan harmonisasi regulasi jaminan sosial. Harmonisasi itu pun perlu memperhatikan
              sejumlah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait jaminan sosial.

              Masalah kelima yakni perlunya penguatan kelembagaan pengawasan terhadap penyelenggaraan
              jaminan sosial. Menaker menilai bahwa pengawasan BPJS Ketenagakerjaan dapat ditingkatkan
              demi pelaksanaan program jaminan sosial yang lebih mantap.

              "  Keenam,  transformasi  program  yang  diselenggarakan  oleh  PT  Taspen  (Persero)  dan  PT
              Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) atau Asabri," ujar Ida.

              Menaker pun merekomendasikan agar transformasi program sejenis dari Taspen dan Asabri ke
              BP JAMSOSTEK dapat segera dilakukan. Undang-Undang (UU) 24/2011 tentang BPJS mengatur
              bahwa pengalihan program itu dapat dilakukan paling lambat 2029 atau delapan tahun ke depan.
























                                                           228
   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234