Page 236 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 OKTOBER 2021
P. 236

Ringkasan

              Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus mengevaluasi Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker),
              Polri dan kejaksaaan, para gubernur dalam melaksanakan peran pengawasan dan penegakan
              hukum untuk segala hal yang ada di Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
              Kerja dan regulasi operasionalnya, khususnya untuk pelaksanaan upah minimum (UM).



              SOAL UPAH MINIMUM, PRESIDEN HARUS EVALUASI KEMENAKER DAN POLRI
              Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus mengevaluasi Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker),
              Polri dan kejaksaaan, para gubernur dalam melaksanakan peran pengawasan dan penegakan
              hukum untuk segala hal yang ada di Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
              Kerja dan regulasi operasionalnya, khususnya untuk pelaksanaan upah minimum (UM).
              Demikian dikatakan Sekjen Organisasi Serikat Pekerja Indonesia (Opsi), Timboel Siregar, kepada
              Beritasatu.com, Senin (25/10/2021).

              Timboel mengatakan, pelanggaran UM terus terjadi. "Kami kalangan Serikat Pekerja (SP)/Serikat
              Buruh  (SB)  dan  pekerja/buruh  memohon  Bapak  Presiden  serius  membenahi  masalah
              pengawasan  dan  penegakan  hukum  ketenagakerjaan  ini.  Semoga  Bapak  Presiden  Jokowi
              mampu memberikan legacy baik untuk terciptanya hubungan industrial yang baik ke depan,"
              kata Timboel.
              Menurut  Timboel,  bila  pemerintahan  Jokowi  melahirkan  UU  Cipta  Kerja  dan  segala  regulasi
              operasionalnya, maka seharusnya Presiden juga memastikan Menteri Ketenagakerjaan dan para
              gubernur memperkuat pengawas ketenagakerjaan, dan kepolisian serta kejaksaaan. Pasalnya
              pelanggaran UM merupakan delik pidana untuk mengawal pelaksanaan semua isi UU Cipta Kerja
              dan regulasi operasionalnya, khususnya untuk pelanggaran pelaksanaan UM.

              Pada panggal 21 - 22 Oktober 2021, Kemenaker menggelar dialog bersama Dewan Pengupahan
              Nasional (Depenas) dan Badan Pekerja Lembaga Kerja Sama Tripartit Nasional (BP LKS Tripnas)
              di Jakarta.

              Dialog  tersebut  terkait  dengan  persiapan  dan  penyamaan  pandangan  khususnya  mengenai
              mekanisme penetapan UM, sejalan dengan berlakunya UU Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah
              (PP) Nomor 36 tahun 2021 tentang Pengupahan.
              Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial (PHI) dan Jaminan Sosial (Jamsos) Kemenaker, Indah
              Putri Anggoro, menyatakan, dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai hal-hal strategis yang
              perlu disiapkan untuk penetapan upah minimum dan isu-isu yang berkembang terkait penetapan
              UM.
              Lebih lanjut Indah mengatakan, Depenas dan LKS Tripnas menyadari bahwa penetapan UM tidak
              dapat memuaskan seluruh pihak, mengingat energi seluruh anak bangsa telah terkuras untuk
              penanganan Covid-19. Indah berharap Depenas dan LKS Tripnas harus saling menahan diri agar
              dapat segera keluar dari tekanan akibat pandemi.

              Sesuai  arahan  Menaker  Ida  Fauziyah,  Indah  menjelaskan,  pada  prinsipnya  penetapan  upah
              bertujuan mewujudkan sistem pengupahan yang berkeadilan bagi seluruh pihak dalam konteks
              untuk  mencapai  kesejahteraan  pekerja/buruh,  namun  tetap  memperhatikan  kemampuan
              perusahaan dan kondisi perekonomian nasional.





                                                           235
   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241