Page 237 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 OKTOBER 2021
P. 237

Timboel  menilai,  pertemuan  tersebut  sangat  baik,  dan  hal  seperti  itu  harus  terus  dilakukan
              sehingga  dialog  sosial  benar-benar  berjalan  dengan  melibatkan  secara  aktif  para  pelaku
              hubungan industrial. "Dengan dialog sosial yang berkualitas maka diharapkan seluruh kendala
              pelaksanaan hubungan industrial dapat dicarikan solusinya," kata dia.

              Dengan lahirnya UU Cipta Kerja dan PP 36/2021 memang hukum yang berlaku dan mengikat
              untuk  penentuan  UM  saat  ini  adalah  kedua  regulasi  tersebut.  Dan  tentunya  seluruh  pelaku
              hubungan  industrial  harus  mematuhi  isi  seluruh  regulasi  tersebut,  tanpa  pengecualian.  Bila
              proses judicial review di MK masih berproses, seluruh pihak saling menghormati saja, dan tetap
              menghormati bahwa kedua regulasi itu masih mengikat sampai saat ini.

              Menurut Timboel, dialog sosial yang berkualitas, seharusnya juga membicarakan semua hal di
              UU Cipta Kerja dan PP 36/2021. "Saya menilai dialog sosial tersebut hanya diarahkan untuk
              penentuan kenaikan upah minimum semata, yaitu untuk mendapatkan legitimasi dari Dewan
              Pengupahan Nasional dan LKS Tripartit Nasional. Tujuan utama Dialog sosial tersebut hanya
              meminta komitmen SP/SB mematuhi regulasi yang ada dan tidak gaduh. Masalah utama UM ini
              adalah kepastian pekerja/buruh mendapatkan UM itu sendiri," kata dia.
              Timboel menegaskan, dalam UU Cipta Kerja termasuk di UU Ketenagakerjaan dan PP 36/2021
              dengan  sangat  jelas  UM  diberikan  kepada  pekerja/buruh  dengan  masa  kerja  di  bawah  satu
              tahun, pengusaha dilarang membayar upah di bawah UM yang berlaku, dan Pengusaha wajib
              membuat Struktur Skala Upah.
              Timboel  menegaskan,  permasalahan  UM  adalah  masih  banyak  pekerja/buruh  yang  dibayar
              dibawah ketentuan UM yang berlaku, dan pekerja/buruh yang sudah bekerja di atas setahun
              masih banyak yang dibayar sebatas UM, serta ketidakpastian adanya Struktur Skala Upah di
              perusahaan.

              Timboel  menilai  justru  hal-hal  ini  lebih  sangat  penting  untuk  didiskusikan  di  forum  Dewan
              Pengupahan  Nasional  dan  LKS  Tripartit  Nasional,  dibandingkan  hanya  sekadar  meminta
              komitmen  SP/SB  dalam  penentuan  UM  tahun  depan.  "Saya  kira  forum  dialog  sosial  yang
              dilaksanakan  tersebut  adalah  sangat  sempit  dan  tidak  mencerminkan  dialog  sosial  yang
              berkualitas," kata dia.

              Menurut Timboel, Kemenaker hanya bisa meminta komitmen SP/SB tetapi terus mengabaikan
              tugas pentingnya yaitu memastikan isi regulasi terimplementasi dengan baik dan dipatuhi juga
              oleh para pengusaha. Timboel mempertanyakan, strategi pemerintah serta Dewan Pengupahan
              Nasional dan LKS Tripartit Nasional untuk memastikan isi UU Cipta Kerja dan PP 36/2021 dipatuhi
              oleh pengusaha sehingga tidak ada lagi pekerja/buruh yang dibayar di bawah UM yang berlaku.

              "Pekerja yang sudah bekerja lebih dari setahun dibayar di atas UM yang berlaku dan seluruh
              pengusaha sudah memiliki Struktur Skala Upah sebagai instrumen untuk menentukan upah yang
              berkeadilan.  Saya  menilai  selama  ini  Kemenaker  dan  Pemda  Provinsi  tidak  adil,  dan  terus
              membiarkan pelanggaran UM terjadi di tempat kerja," kata dia.

              Menurut Timboel, pengawas ketenagakerjaan di Kemenaker dan Pemda Propinsi tidak mampu
              menyelesaikan masalah klasik yang terus terjadi ini, dan cenderung membiarkan hal ini terus
              terjadi  dan  diduga  menjadi  lahan  para  pengawas  ketenagakerjaa  untuk  berkolusi  dengan
              pengusaha.  Ia  melanjutkan,  Dewan  Pengupahan  Nasional  dan  LKS  Tripartit  Nasional  yang
              pastinya sudah tahu masalah klasik ini, terus membiarkan saja hal ini terjadi, dari masa ke masa,
              dari satu pemerintahan ke pemerintahan lainnya, dari satu Menteri Ketenagakerjaan ke Menteri
              Ketenagakerjaan berikutnya. "Semuanya seperti diam seribu bahasa bila bicara pengawasan dan
              penegakkan hukum atas isi UU dan peraturan operasionalnya," kata dia.



                                                           236
   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241   242