Page 41 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 JULI 2020
P. 41
Judul Mencermati Angka Pengangguran
Nama Media Kompas
Newstrend Dampak Virus Corona
Halaman/URL Pg6
Jurnalis Opini
Tanggal 2020-07-29 05:20:00
Ukuran 216x254mmk
Warna Hitam/Putih
AD Value Rp 178.200.000
News Value Rp 534.600.000
Kategori Dirjen PHI & Jamsos
Layanan Korporasi
Sentimen Positif
Ringkasan
Pandemi Covid-19 telah memengaruhi semua aspek pembangunan ekonomi, termasuk pasar
tenaga kerja.
Karena permintaan tenaga kerja merupakan "turunan" permintaan terhadap output, maka
ketika produksi terganggu, permintaan tenaga kerja langsung terkena dampaknya.
MENCERMATI ANGKA PENGANGGURAN
Pandemi Covid-19 telah memengaruhi semua aspek pembangunan ekonomi, termasuk pasar
tenaga kerja.
Karena permintaan tenaga kerja merupakan "turunan" permintaan terhadap output, maka
ketika produksi terganggu, permintaan tenaga kerja langsung terkena dampaknya.
Penurunan permintaan tenaga kerja ditandai banyaknya pekerja yang dirumahkan (tetap
dibayar ataupun tidak), atau terpaksa bekerja secara bergiliran, bahkan tak sedikit pula yang
terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Ke-menterian Ketenagakerjaan mencatat per Mei
2020 setidaknya ada 1,7 juta pekerja terkena PHK. Sementara itu, ILO menduga pandemi Covid-
19 akan berdampak kepada 25 juta pekerja di Indonesia dan 2,8 juta di antaranya akan
mengalami PHK atau dirumahkan.
Bertolak dari situ banyak pihak menduga akan terjadi "ledakan" jumlah penganggur dan
peningkatan angka pengangguran secara drastis. Kemen-terian Keuangan memperkirakan
tahun ini jumlah penganggur akan bertambah 4-5 juta orang. Artinya, angka pengangguran kita
bisa naik dari 5,28 persen (Agustus 2019) ke 7-8 persen pada 2020. Beberapa lembaga
internasional bahkan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih rendah sehingga
berimplikasi ke proyeksi pengangguran yang jauh lebih tinggi.
Mengingat implikasinya yang sangat besar pada kesejahteraan, perkembangan angka
pengangguran di masa pandemi perlu dicermati. Bukan saja jika terjadi kenaikan drastis, tetapi
juga kalau angkanya ternyata "biasa-biasa saja". Mengapa demikian? Dengan skala berbeda,
apa yang teijadi saat ini sebenarnya mirip situasi pasar ketja pada krisis 1998. Saat itu pun
beberapa lembaga membuat proyeksi pengangguran.
40

