Page 14 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 NOVEMBER 2020
P. 14

Ketua  Umum  Dewan  Pimpinan  Pusat  Ikatan  Mahasiswa  Muhammadiyah  (DPP  IMM)  Najih
              Prastiyo menyoroti banyaknya aturan turunan UU Cipta kerja yang akan disusun nantinya yang
              justru kontradiktif dengan keinginan Presiden Jokowi untuk menyederhanakan aturan.

              "Saya mengapresiasi Presiden Jokowi yang akan memangkas UU yang hambat investasi, tapi
              kemudian dia menjelaskan dari UU Cipta Kerja ini nanti ada peraturan pemerintah dan banyak
              lagi  turunan  ini  itu.  Kalau  tujuannya  aturan  baru  di  bawahnya,  apa  hubungannya  dengan
              perampingan yang disampaikan di awal?" ungkap Najih.

              Sementara  itu,  Ketua  Umum  Perhimpunan  Mahasiswa  Katolik  Republik  Indonesia  (PMKRI)
              Benidiktus Papa menyoroti pengebirian aturan mengenai lingkungan hidup yang dalam UU Cipta
              Kerja. Ada pun Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) menilai UU Cipta Kerja
              sangat sentralitas, jauh dari semangat reformasi yang mendorong desentralisasi.

              "Lalu, soal pengelolaan tanah, pemerintah mengatakan ini akan digunakan untuk pembangunan.
              Kalau  mau  bangun  bangsa  Indonesia,  jangan  kasih  ke  investor,  coba  kasih  ke  masyarakat
              sebagaimana diamanatkan Pasal 33 ayat 2," kata Ketua Umum KMHDI I Kadek Andre Nuaba.

              Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Kristen Indonensia (GMKI) Corneles Galanjinjinay menilai UU
              Cipta  Kerja  sebaiknya  disebut  UU  kemudahan  investasi  karena  substansinya  yang  lebih
              memudahkan investasi, bukannya menciptakan lapangan kerja.
              Tanggapan Kepala BKPM Menanggapi masukan-masukan dari kalangan aktivis, Bahlil mengakui
              kurangnya  sosialisasi  dalam  proses  perundang-undangan.  Namun,  dalam  penyusunan  36
              peraturan pemerintah (PP) turunan UU Cipta Kerja nanti, pemerintah akan membuka masukan
              publik secara terbuka.

              "Kami menyadari sosialisasi kurang. Maka dalam penyusunan 36 PP, kita akan buka posko untuk
              menerima masukan secara terbuka. Bahkan kita akan buka web supaya tidak ada kesan (diam-
              diam). Kita buka," katanya.
              Bahlil juga mengajak rekan-rekan aktivis mahasiswa untuk ikut berpartisipasi dalam penyusunan
              aturan turunan UU Cipta Kerja.

              "UU ini pasti banyak yang menurut teman-teman perlu diperbaiki. Ruang memperbaikinya ada.
              Saya menawarkan, PP lagi dibuat, ayo teman-teman bikin rekomendasi pasal per pasal. Saya
              kawal dan saya akan bertanggung jawab," katanya.

              Mantan  Ketua  Umum  Hipmi  itu  menjelaskan  alasan  tren  investasi  di  Indonesia  yang  terus
              meningkat tapi tidak sejalan dengan penyerapan tenaga kerja. Hal itu terjadi karena adanya
              transformasi ekonomi, di mana Indonesia tengah mendorong nilai tambah.

              "Kalau tidak menciptakan nilai tambah, dari zaman VOC kita akan kirim (ekspor) bahan baku
              terus. Presiden perintahkan setiap sumber daya alam harus didorong agar menciptakan nilai
              tambah, dan ada industri turunan yang beri tenaga kerja tidak langsung," katanya.

              Namun, kata Bahlil, penciptaan tenaga kerja tidak langsung dari kegiatan investasi tetap terjadi.
              Ada pun hitungan tenaga kerja yang terserap langsung melalui kegiatan investasi pada 2019
              memang tercatat sekitar 1,2 juta orang dari total Rp809 triliun investasi yang masuk.

              Terkait  Inpres  Nomor  7  Tahun  2019  tentang  Percepatan  Kemudahan  Berusaha,  Bahlil
              menjelaskan  Inpres  tersebut  hanya  memerintahkan  pendelegasian  wewenang  dari  22
              kementerian/lembaga kepada BKPM.






                                                           13
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19